bunyi bahasa

Bahasa adalah sistem komunikasi yang kompleks dan multifaset, dan bagi para peneliti linguistik serta peminat studi bahasa, memahami bentuk dasar dari bahasa merupakan langkah awal yang sangat penting. Apakah yang dimaksud dengan bahasa sebagai sistem tanda berupa bunyi? 

Mengapa bahasa dianggap lebih erat kaitannya dengan komunikasi lisan daripada tulisan? Artikel ini akan membahas konsep-konsep dasar bahasa dari segi bunyi, sistem lisan, hingga perkembangan ragam tulis.

Bahasa Berupa Bunyi

Salah satu ciri utama bahasa adalah wujudnya dalam bentuk bunyi– yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Namun, bunyi apa yang sebenarnya termasuk dalam bahasa? Tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dapat dikategorikan sebagai bunyi bahasa. 

Bunyi bahasa adalah bunyi yang dapat membentuk satuan-satuan yang lebih besar, seperti kata atau kalimat. Oleh karena itu, suara seperti dengkuran, bersin, siulan, atau tangisan—meskipun dihasilkan oleh alat ucap manusia—tidak dianggap sebagai bagian dari bahasa karena tidak membentuk satuan makna dalam sistem komunikasi manusia.

Linguistik sebagai disiplin ilmu memiliki cabang khusus yang mendalami bunyi bahasa, yaitu fonetik dan fonologi. Fonetik mempelajari cara bunyi-bunyi bahasa dihasilkan oleh alat ucap manusia, sementara fonologi berfokus pada pola-pola bunyi dalam suatu bahasa dan bagaimana bunyi-bunyi ini membentuk sistem yang dapat dimengerti. 

Contoh sederhana dalam bahasa Indonesia adalah bunyi vokal dan konsonan yang dikombinasikan menjadi kata-kata dengan makna yang jelas, misalnya /meja/ atau /buku/.

Bahasa dan Bukan Bahasa: Memahami Perbedaan yang Mendasar

Dalam bahasa Inggris, istilah language merujuk pada kata bahasa dalam bahasa Indonesia. Kata ini berasal dari bahasa Prancis langage, yang akarnya, lingua, berarti ‘lidah’ dalam bahasa Latin. Makna ini menggambarkan hubungan erat antara bahasa dan aktivitas lisan. 

Seiring perkembangan, istilah bahasa meluas untuk menyertakan berbagai bentuk komunikasi, seperti bahasa tubuh, bahasa isyarat, atau bahkan bahasa binatang dan bahasa alam. Namun, dalam kajian linguistik formal, bahasa dibatasi pada bentuk yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, yaitu bahasa verbal.

Perluasan makna ini menunjukkan bagaimana bahasa dapat mencakup lebih dari sekadar bunyi yang dihasilkan oleh lidah atau alat ucap. Dalam percakapan sehari-hari, istilah “bahasa” kadang merujuk pada segala bentuk ekspresi atau tanda yang dapat menyampaikan makna atau pikiran ke pihak lain. 

Meski demikian, ketika kita mempelajari bahasa dalam ranah akademis atau dalam konteks perkuliahan linguistik, bahasa yang dimaksud adalah bahasa verbal atau komunikasi lisan, bukan komunikasi berbasis simbol atau gerak isyarat.

Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis: Dua Ragam Bahasa yang Berbeda

Sejarah perkembangan bahasa menunjukkan bahwa bahasa pada dasarnya ditransmisikan secara lisan. Sistem bahasa lisan adalah bentuk asli dari komunikasi bahasa, dan di dalam studi linguistik, bahasa lisan dianggap sebagai objek kajian primer atau utama. 

Mengapa demikian? Bahasa lisan merupakan bentuk dasar yang paling alami dari komunikasi manusia. Ketika berbicara, manusia secara langsung mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui bunyi-bunyi yang diatur dalam pola-pola yang sudah dipahami oleh mitra bicara.

Seiring waktu, manusia mulai mencari cara untuk mendokumentasikan bahasa lisan. Hal ini dimulai dari goresan-goresan sederhana pada media fisik yang kemudian berkembang menjadi sistem aksara yang kompleks. 

Dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, misalnya, kita menggunakan aksara Latin untuk merepresentasikan kata-kata yang kita ucapkan. Sistem ini memudahkan manusia untuk mengabadikan cerita, hukum, dan pengetahuan dalam bentuk yang lebih permanen daripada sekadar komunikasi lisan.

Namun, tidak semua bahasa memiliki sistem tulisan. Ada banyak bahasa di dunia yang hanya eksis dalam bentuk lisan. Selain itu, ragam tulis tidak pernah bisa merepresentasikan bahasa lisan dengan sempurna. Misalnya, intonasi, tekanan suara, atau elemen-elemen prosodik lainnya yang ada dalam bahasa lisan sulit untuk disampaikan sepenuhnya melalui tulisan.

Dalam kajian linguistik, bahasa lisan tetap menjadi objek kajian utama, sementara ragam tulis diperlakukan sebagai objek sekunder. Artinya, dalam penelitian tentang fonetik, sintaksis, atau morfologi, para ahli sering kali berfokus pada bahasa lisan terlebih dahulu untuk memahami sistem dasar bahasa. Tulisan dianggap sebagai representasi visual dari bahasa lisan dan biasanya hanya menjadi tambahan dalam analisis bahasa.

Karakteristik Bahasa Lisan

Bahasa lisan memiliki beberapa karakteristik yang membuatnya unik. Berikut beberapa karakteristik utama bahasa lisan:

  1. Spontan dan Tidak Terstruktur: Komunikasi lisan sering kali bersifat spontan, tanpa banyak perencanaan atau penyusunan struktur yang kaku. Pembicara biasanya berbicara dengan lebih bebas dan mengikuti alur percakapan yang dapat berubah sesuai konteks.
  2. Menggunakan Isyarat Paralinguistik: Bahasa lisan tidak hanya mengandalkan kata-kata, tetapi juga didukung oleh isyarat paralinguistik seperti intonasi, tekanan suara, tempo, dan jeda. Faktor-faktor ini dapat memperkuat atau mengubah makna kalimat, memberikan nuansa emosional, serta membantu pendengar memahami maksud pembicara.
  3. Konteks Situasional yang Kaya: Bahasa lisan sering terjadi dalam konteks langsung antara pembicara dan pendengar, yang memungkinkan adanya interaksi dua arah. Situasi, ekspresi wajah, dan gerak tubuh memberikan informasi tambahan yang membantu pemahaman pesan. Karena itu, komunikasi lisan cenderung lebih fleksibel dan adaptif terhadap respons pendengar.
  4. Bersifat Sementara dan Cepat Menguap: Bahasa lisan hanya berlangsung dalam waktu singkat dan biasanya tidak terdokumentasi. Oleh karena itu, percakapan lisan mudah terlupakan kecuali diingat atau direkam secara khusus.

Karakteristik Bahasa Tulis

Berbeda dengan bahasa lisan, bahasa tulis memiliki beberapa karakteristik berikut:

  1. Terstruktur dan Terencana: Bahasa tulis biasanya melalui proses perencanaan yang lebih matang dibandingkan dengan bahasa lisan. Penulis cenderung merancang struktur kalimat, tata bahasa, dan susunan paragraf agar lebih jelas dan terorganisir, memungkinkan pembaca memahami pesan secara mendalam tanpa bantuan isyarat nonverbal.
  2. Tidak Bergantung pada Isyarat Paralinguistik: Dalam bahasa tulis, intonasi atau tekanan suara tidak dapat disampaikan. Karena itu, penulis menggunakan tanda baca, pilihan kata, dan struktur kalimat untuk menggantikan isyarat-isyarat paralinguistik, memberikan petunjuk kepada pembaca tentang maksud atau emosi yang ingin disampaikan.
  3. Tidak Bergantung pada Konteks Langsung: Bahasa tulis dirancang untuk dipahami oleh pembaca yang tidak hadir dalam konteks percakapan. Oleh sebab itu, bahasa tulis cenderung lebih eksplisit dan memuat informasi tambahan untuk memastikan bahwa pembaca memahami pesan tanpa perlu melihat situasi atau ekspresi penulis.
  4. Bersifat Permanen dan Dapat Diakses Ulang: Bahasa tulis memberikan keunggulan dalam hal dokumentasi dan penyimpanan informasi. Pesan yang tertulis bersifat permanen dan dapat diakses kembali di kemudian hari, menjadikannya sangat berguna untuk menyimpan pengetahuan, cerita, hukum, dan catatan sejarah.

Perbandingan Karakteristik Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis

Penjelasan tentang ciri bahasa lisan dan bahasa tulis di atas dapat dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Ciri PembedaBahasa LisanBahasa Tulis
SpontanitasBersifat spontan dan tidak terstruktur; alur percakapan dapat berubah sesuai konteks.Terstruktur dan terencana; penyampaian pesan disusun dengan tata bahasa dan susunan yang lebih terorganisir.
Isyarat ParalinguistikMenggunakan isyarat seperti intonasi, tekanan suara, tempo, dan jeda yang memperkuat atau mengubah makna.Tidak memiliki isyarat paralinguistik; penulis menggunakan tanda baca dan pilihan kata untuk menyampaikan nuansa.
Konteks SituasionalBergantung pada konteks langsung antara pembicara dan pendengar, serta didukung oleh isyarat nonverbal.Tidak bergantung pada konteks langsung; informasi disampaikan lebih eksplisit untuk memastikan pemahaman.
Sifat KeberadaanSementara dan cepat menguap; tidak terdokumentasi kecuali jika direkam khusus.Permanen dan terdokumentasi; dapat diakses ulang dan berfungsi sebagai catatan sejarah dan informasi.

Dengan memahami perbedaan karakteristik antara bahasa lisan dan bahasa tulis, kita dapat menghargai peran penting keduanya dalam komunikasi manusia. Bahasa lisan memungkinkan interaksi yang dinamis dan fleksibel dalam waktu nyata, sementara bahasa tulis menyediakan catatan permanen yang bisa diwariskan lintas generasi. 

Meskipun berbeda dalam karakteristiknya, keduanya saling melengkapi dalam fungsi komunikasi dan telah menjadi bagian integral dari perkembangan budaya manusia.

Pentingnya Memahami Bahasa sebagai Bunyi

Dengan memahami hakikat bahasa sebagai bunyi dan perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulis, kita mendapatkan gambaran yang lebih menyeluruh mengenai sistem bahasa sebagai alat komunikasi utama manusia. Bahasa bukan sekadar rangkaian bunyi atau simbol, tetapi sebuah sistem tanda yang hidup dan terus berkembang mengikuti kebutuhan komunikatif penggunanya.

Studi tentang bahasa lisan dan tulis memberikan kontribusi penting bagi bidang linguistik, sastra, budaya, hingga pendidikan. Dengan pemahaman mendalam tentang bagaimana bahasa bekerja, kita juga dapat lebih menghargai keanekaragaman budaya yang diekspresikan melalui berbagai ragam bahasa di dunia.

Penulis: Sony Christian Sudarsono | Editor: Benedikta Haryanti | Gambar: Freepik

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *