
Linguistik adalah ilmu bahasa. Mempelajari linguistik berarti mempelajari ilmu bahasa. Mempelajari ilmu bahasa tidak sama dengan mempelajari bahasa.
Mempelajari ilmu bahasa berarti mengkaji masalah-masalah kebahasaan hingga menemukan suatu kebenaran, yaitu kebenaran bahasa. Yang dilakukan adalah mendalami teori-teori kebahasaan dan menerapkannya dalam fenomena-fenomena kebahasaan yang nyata. Tujuan akhirnya adalah membuktikan, mengembangkan, dan menemukan kebenaran yang dalam konteks ini berupa pengetahuan tentang bahasa.
Mempelajari ilmu bahasa bersifat ilmiah. Kegiatan ilmiah dilakukan dengan cara-cara yang logis dan sistematis. Logis berarti sesuai dengan penalaran yang rasional, bukan spekulatif belaka apalagi tanpa dasar yang jelas. Sistematis berarti sesuai dengan prosedur yang standar.
Orang yang mempelajari ilmu bahasa diharapkan menjadi seorang ahli bahasa atau disebut juga linguis. Seorang linguis harus bisa menjelaskan fenomena-fenomena kebahasaan. Yang bisa dijelaskan antara lain penyebab, dampak, dan solusi dari setiap fenomena kebahasaan yang terjadi.
Sementara itu, mempelajari bahasa bertujuan supaya seseorang dapat berbahasa dengan baik dan benar. Artinya, mempelajari bahasa membuat seseorang menjadi terampil berbahasa.
Ada empat keterampilan berbahasa yang selama ini dikenal, yaitu menyimak/mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan berbicara bersifat lisan, sedangkan membaca dan menulis bersifat tertulis. Menyimak dan membaca bersifat reseptif atau menerima, sedangkan berbicara dan menulis bersifat produktif atau menghasilkan.
Mempelajari bahasa bersifat praktis dan tidak teoretis. Yang dikaji antara lain cara-cara mengembangkan kemampuan berbahasa. Misalnya, cara menyimak yang efektif, strategi menjadi seorang orator ulung, tips dan trik membaca cepat, dan langkah-langkah mahir mengarang.
Bahkan, mempelajari bahasa kini juga menjadi sebuah seni, terutama keterampilan yang produktif, yaitu berbicara dan menulis. Sebagai sebuah seni, yang diperhatikan adalah soal keindahan atau estetika dan cara menyampaikan pesan yang efektif dan efisien.
Oleh karena itu, seorang yang terampil berbahasa berpotensi menjadi seorang seniman bahasa. Misalnya, penulis, sastrawan, orator, komika, dan lain-lain.
Mempelajari bahasa juga meliputi mempelajari bahasa asing. Hal umum yang dipelajari antara lain cara pengucapan, kosakata, dan tata kalimat. Orang yang memiliki keterampilan menguasai banyak bahasa disebut poliglot.
Simpulan
Seorang seniman bahasa cukup mengetahui bahwa imbuhan ber- ketika bertemu dengan bentuk dasar kerja akan menjadi bekerja, bukan *berkerja seperti halnya kata berkarya, berkata, dan berkuda. Sementara itu, seorang linguis harus bisa menjelaskan secara ilmiah mengapa imbuhan ber– tersebut berubah menjadi be-. Ini baru masalah kecil. Masih banyak fenomena-fenomena kebahasaan yang lebih kompleks dari sekadar bekerja dan berkarya.
Penulis: Sony Christian Sudarsono | Editor: Benedikta Haryanti