Kata morfologi dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dalam bahasa Inggris morphology. Kata morphology sendiri berakar dari kata morph yang berarti ‘bentuk’ dan –logy yang berarti ‘ilmu’. Secara sederhana morfologi diartikan sebagai ‘ilmu tentang bentuk’. Oleh karena itu, morfologi dalam linguistik adalah cabang linguistik yang mengkaji seluk-beluk pembentukan kata.
Baca juga: Cabang-Cabang Linguistik
Kamus Besar Bahasa Indonesia mencatat bahwa morfologi tidak hanya dikenal di linguistik, tetapi juga di bidang biologi dan geografi. Dalam biografi, morfologi adalah cabang ilmu tentang bentuk luar dan susunan makhluk hidup. Sementara itu, dalam geografi, morfologi berkaitan dengan struktur luar dari batu-batuan dalam hubungan dengan perkembangan ciri topografis.
Posisi morfologi dalam linguistik dapat dilihat dari gambar berikut ini.
Berdasarkan gambar di atas, morfologi merupakan bagian dari mikrolinguistik atau cabang utama linguistik yang mengkaji struktur internal bahasa.
Objek Kajian Morfologi
Morfem dan kata merupakan satuan kebahasaan yang menjadi objek kajian morfologi. Untuk mengkaji objek penelitian morfologi, yaitu morfem dan kata, diperlukan bahan penelitian atau data. Data harus lebih besar dari objek penelitian. Oleh karena itu, data morfologi bisa berupa kalimat, klausa, dan/atau frasa.
Morfem
Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang artinya tidak dapat diuraikan lagi menjadi satuan bermakna yang lebih kecil. Oleh karena itu, morfem memiliki fungsi sebagai unsur langsung pembentuk kata.
Berdasarkan pemahaman di atas, bentuk sepatu dapat dikatakan sebagai sebuah morfem karena tidak dapat diuraikan lagi menjadi satuan bermakna yang lebih kecil. Bentuk sepatu memang dapat diuraikan menjadi tiga silabel, yaitu se-, pa-, dan tu– atau menjadi enam fonem, yaitu /s/, /e/, /p/, /a/, /t/, dan /u/.
Silabel dan fonem bukanlah satuan gramatikal karena tidak memiliki makna. Silabel dan fonem (serta fona) termasuk dalam satuan fonologis atau satuan kebahasaan yang tidak memiliki makna.
Ada dua jenis morfem dalam pembentukan kata, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri atau dengan kata lain langsung dapat berubah menjadi kata tanpa bertemu morfem lain terlebih dahulu. Misalnya, {tidur}, {lari}, dan {meja}.
Sementara itu, morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri. Morfem terikat harus bersenyawa dengan morfem lain terlebih dahulu untuk menjadi sebuah kata. Morfem terikat dapat berupa imbuhan, klitik, morfem unik, partikel, dan pokok kata.
Kata
Kata adalah satuan bebas terkecil yang tidak dapat dibagi menjadi bentuk bebas yang lebih kecil lagi. Apa artinya “bebas”? Kamus Linguistik menjelaskan kata adalah satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri. Apa maksudnya “dapat berdiri sendiri”?
Kata merupakan satuan gramatikal yang terdiri atas satu morfem atau lebih yang dapat menjadi unsur langsung pembentuk frasa, klausa, dan kalimat. “Menjadi unsur langsung pembentuk frasa, klausa, dan kalimat” itulah yang disebut dengan “dapat berdiri sendiri” atau “bentuk bebas”.
Kata sebagai Bentuk Bebas
Misalnya, bandingkan bentuk tidur dan juang. Bentuk tidur merupakan bentuk bebas sehingga dapat menjadi unsur langsung pembentuk frasa, klausa, dan kalimat seperti dalam contoh-contoh berikut.
- sedang tidur
- Budi sedang tidur.
Bentuk tidur dapat menjadi unsur langsung pembentuk frasa verbal sedang tidur. Selain itu, bentuk tidur juga dapat menjadi unsur langsung pembentuk kalimat Budi sedang tidur. Dengan demikian, bentuk tidur merupakan kata.
Sementara itu, bentuk juang bukanlah bentuk bebas sehingga tidak dapat menjadi unsur langsung pembentuk frasa, klausa, dan kalimat seperti contoh-contoh tidak gramatikal berikut.
- *sedang juang
- *Budi sedang juang.
Bentuk juang ternyata tidak dapat menjadi unsur langsung pembentuk frasa verbal *sedang juang. Demikian pula bentuk juang tidak dapat menjadi unsur langsung pembentuk kalimat *Budi sedang juang. Bentuk juang harus mengalami proses pembentukan kata, misalnya menjadi berjuang, supaya dapat menjadi unsur langsung pembentuk frasa, klausa, dan kalimat seperti contoh-contoh berikut.
- sedang berjuang
- Budi sedang berjuang.
Oleh karena itu, bentuk juang bukanlah kata karena tidak dapat berdiri sendiri. Bentuk juang perlu bersenyawa dengan bentuk lain terlebih dahulu (misalnya, dengan awalan ber-) untuk menjadi bentuk yang bebas (misalnya, berjuang). Oleh karena itu, juang berstatus sebagai morfem, bukan kata.
Jadi, kata dibentuk dari morfem. Oleh karena itu, kata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kata monomorfemik (terdiri atas satu morfem) dan kata polimorfemik (terdiri atas dua morfem atau lebih). Contoh kata monomorfemik antara lain duduk, kaki, dan hijau, sedangkan contoh kata polimorfemik antara lain menduduki, berkaki, dan penghijauan.
Morfologi dan Cabang Linguistik Lain yang Juga Mengkaji Kata
Dalam linguistik, cabang yang mempelajari kata bukan hanya morfologi. Masih ada cabang lain yang juga mengkaji kata yaitu leksikologi, leksikografi, dan etimologi. Berikut perbedaan keempat cabang linguistik yang mengkaji kata tersebut.
Morfologi dan Leksikologi
Leksikologi adalah cabang linguistik yang mengkaji seluk-beluk kata dari segi makna leksikal sehingga leksikologi disebut juga semantik leksikal. Leksikologi mengkaji kata dari aspek perbendaharaan, pemakaian, dan pemaknaan secara leksikal kata suatu bahasa. Sementara itu, morfologi mengkaji kata dari aspek pembentukan dan pemaknaan secara gramatikal.
Meskipun berbeda, keduanya berhubungan. Morfologi memerlukan makna leksikal dari setiap bentuk dasar untuk menentukan makna gramatikal sebuah morfem yang melekat pada morfem lain yang akhirnya membentuk kata. Makna leksikal tersebut merupakan hasil kajian leksikologi.
Morfologi dan Leksikografi
Leksikografi merupakan lanjutan dari leksikologi. Hasil kajian leksikologi dituangkan dalam tulisan menjadi sebuah kamus. Ilmu yang diperlukan untuk membuat kamus adalah leksikografi. Oleh karena itu, leksikografi merupakan cabang linguistik yang bersifat terapan.
Leksikologi bertugas mengumpulkan lema-lema dari kekayaan kosakata suatu bahasa beserta makna leksikalnya. Sementara itu, morfologi bertugas mengkaji pembentukan kata yang bisa menjadi leksem/lema dan kata jadian beserta makna gramatikalnya. Hasil kajian leksikologi dan morfologi disatukan dalam kamus menggunakan leksikografi. Leksem-leksem dari perbendaharaan kata yang telah dikumpulkan menjadi lema/entri. Sementara itu penjelasan makna leksikal, kata jadian dan makna gramatikalnya menjadi penjelasan dari setiap entri/lema atau disebut juga gloss.
Morfologi dan Etimologi
Etimologi adalah cabang linguistik yang mengkaji asal-usul kata. Etimologi melacak asal mula suatu kata dengan menelusuri pembentukannya secara historis dan diakronis—lintas waktu atau meliputi berbagai zaman dalam perkembangan suatu bahasa. Sementara itu, Morfologi mempelajari seluk-beluk pembentukan kata secara sinkronis—meliputi satu zaman tertentu dalam perkembangan suatu bahasa.
Hasil dan Manfaat Kajian Morfologi dalam Linguistik
Hasil kajian morfologi adalah deskripsi tentang pola-pola pembentukan kata dalam suatu bahasa. Pembentukan kata yang dikaji oleh morfologi sangat diperlukan dalam penyusunan tata bahasa dan kamus. Sistem pembentukan kata merupakan salah satu unsur dasar dalam tata bahasa karena kata merupakan bagian dari tata bahasa. Sementara itu penyusunan kamus juga memerlukan kata-kata yang menjadi hasil kajian morfologi karena kamus juga memuat penjelasan dari setiap lema dan kata turunannya.
Setelah itu, hasil penyusunan tata bahasa dan kamus dapat digunakan oleh banyak orang. Oleh pemakai bahasa, tata bahasa dapat digunakan sebagai acuan dalam berkomunikasi. Oleh kaum peneliti dan intelektual seperti pengajar, wartawan, editor, penerjemah, dsb., hasil kajian morfologi yang tertuang dalam tata bahasa dan kamus dapat digunakan sebagai acuan dalam bekerja.
Penulis: Sony Christian Sudarsono | Editor: Benedikta Haryanti | Gambar: Freepik | Sumber: Morfologi dalam Ilmu Bahasa