sq3r

Apakah Anda sering merasa kewalahan saat membaca buku kuliah, artikel jurnal, atau laporan yang panjang? Banyak mahasiswa maupun pembaca umum mengaku cepat lelah dan sulit memahami isi bacaan yang kompleks. Di era informasi yang begitu deras, sekadar membaca kata demi kata tidak lagi cukup. Kita membutuhkan strategi membaca yang efektif agar dapat menangkap ide pokok dan menyimpannya dalam ingatan. Salah satunya adalah SQ3R.

Teknik membaca SQ3R adalah salah satu metode klasik yang terbukti ampuh. SQ3R merupakan singkatan dari Survey, Question, Read, Recite, Review. Strategi ini membantu pembaca membaca secara aktif dan sistematis. Tidak hanya membuat proses membaca lebih fokus, strategi ini juga melatih kemampuan berpikir kritis. Dengan memahami dan mempraktikkan strategi membaca SQ3R, Anda akan menemukan cara meningkatkan pemahaman bacaan yang jauh lebih efektif, baik untuk keperluan akademik maupun sehari-hari.

Teknik ini dikembangkan oleh Francis P. Robinson pada 1946 dan masih relevan hingga kini karena mampu melatih pembaca untuk aktif berinteraksi dengan teks. Dengan SQ3R, pembaca tidak hanya membaca pasif, tetapi juga bertanya, merangkum, dan meninjau ulang isi bacaan sehingga pemahaman menjadi lebih kuat. Singkatnya, SQ3R adalah salah satu cara terbaik untuk meningkatkan pemahaman bacaan secara sistematis.

Apa Itu SQ3R?

SQ3R adalah sebuah metode membaca yang dirancang untuk membantu pembaca memahami teks secara lebih mendalam dan sistematis. Akronim ini berasal dari lima langkah utama, yaitu Survey, Question, Read, Recite, dan Review. Dengan mengikuti tahapan tersebut, pembaca tidak hanya melahap informasi secara pasif, tetapi juga aktif membangun pemahaman dan ingatan terhadap isi bacaan.

Pengertian SQ3R pertama kali diperkenalkan oleh Francis P. Robinson, seorang psikolog pendidikan Amerika Serikat, pada tahun 1946 dalam bukunya Effective Study. Hingga kini, metode membaca SQ3R masih digunakan luas di berbagai negara karena terbukti meningkatkan efektivitas belajar, khususnya dalam membaca buku teks atau artikel akademik yang panjang.

Secara sederhana, metode membaca SQ3R bertujuan mengubah cara membaca menjadi lebih terarah: dari sekadar “membaca kata demi kata” menuju “membaca untuk memahami dan mengingat”. Dengan menerapkan SQ3R, pembaca dapat lebih mudah menemukan ide pokok, mengajukan pertanyaan kritis, serta menyusun rangkuman untuk memperkuat pemahaman.

Mengapa SQ3R Penting untuk Mahasiswa dan Masyarakat Umum?

Bagi mahasiswa, membaca teks akademik seperti buku tebal, artikel jurnal, atau laporan penelitian sering menjadi tantangan tersendiri. Teks akademik biasanya padat, penuh istilah, dan membutuhkan konsentrasi tinggi. Di sinilah manfaat SQ3R terasa: teknik ini membantu mahasiswa memusatkan perhatian, menemukan ide pokok, serta menyusun catatan yang membuat materi lebih mudah dipahami.

Selain itu, kegunaan SQ3R untuk mahasiswa tidak hanya terbatas pada kegiatan akademik. Dengan SQ3R, mahasiswa dilatih berpikir kritis: mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, dan menyimpulkan informasi. Keterampilan ini sangat penting untuk menghadapi tuntutan kuliah, menulis tugas, hingga persiapan penelitian.

Namun, SQ3R juga relevan bagi masyarakat umum yang ingin membaca lebih efektif. Baik ketika memahami artikel populer, laporan kerja, maupun berita harian, SQ3R membantu pembaca menyaring informasi yang benar-benar penting. Dengan demikian, membaca tidak lagi sekadar aktivitas pasif, tetapi menjadi proses aktif yang menghasilkan pemahaman lebih dalam dan tahan lama.

Langkah-Langkah SQ3R

Teknik SQ3R terdiri dari lima tahapan yang saling berkaitan. Berikut penjelasan tiap langkah disertai contoh singkat agar lebih mudah dipahami dan dipraktikkan.

1. Survey (Membaca Cepat)

Tahap pertama dalam teknik SQ3R adalah Survey, yaitu membaca sekilas untuk memperoleh gambaran umum isi bacaan. Pada tahap ini, pembaca tidak dituntut memahami detail, melainkan melihat kerangka besar teks. Fokuskan perhatian pada judul, subjudul, kalimat pengantar, ringkasan, kata yang dicetak tebal atau miring, ilustrasi, tabel, serta daftar isi (jika berupa buku).

Tujuan utama Survey adalah membangun orientasi awal: apa topik utama bacaan, bagaimana struktur penyajiannya, dan apa kira-kira yang akan dipelajari. Dengan demikian, pembaca dapat menyiapkan kerangka mental sebelum memasuki bacaan secara detail.

Contoh sederhana: ketika membuka bab buku berjudul “Esai Argumentatif”, pembaca cukup memperhatikan judul, subjudul (misalnya: “Tesis, Argumen, dan Simpulan”), serta ringkasan bab di akhir. Dari Survey ini, pembaca langsung tahu bahwa bab tersebut akan menjelaskan struktur esai argumentatif.

Peringatan pedagogis: banyak pembaca langsung membaca detail tanpa melakukan Survey, akibatnya mereka tersesat di dalam teks. Padahal, Survey membuat pembaca lebih fokus karena sudah punya peta jalan sebelum mulai membaca intensif.

2. Question (Menyusun Pertanyaan)

Setelah mendapat gambaran umum isi bacaan dari tahap Survey, pembaca perlu melangkah ke tahap berikutnya, yaitu menyusun pertanyaan. Prinsip dasarnya sederhana: ubahlah subjudul, kata kunci, atau ide penting yang tampak sekilas menjadi bentuk pertanyaan.

Pertanyaan-pertanyaan ini akan menjadi kompas yang mengarahkan fokus pembaca saat membaca lebih detail. Dengan adanya pertanyaan, pembaca tidak lagi membaca secara pasif, melainkan membaca dengan tujuan tertentu. Tahap ini juga berfungsi melatih rasa penasaran (curiosity) dan intuisi pembaca terhadap isi bacaan.

Namun, perlu dipahami bahwa tidak semua pertanyaan akan terjawab setelah bacaan diselesaikan. Ada setidaknya dua penyebab.

  1. Pertanyaan terlalu kritis atau ekspektasi terlalu tinggi. Misalnya, pembaca berharap artikel opini menjelaskan data statistik yang detail, padahal isi artikel hanya berupa argumen umum.
  2. Kesalahan memahami konteks saat Survey. Kadang pembaca keliru menafsirkan topik atau judul sehingga pertanyaannya melenceng dari isi sebenarnya.

Kedua hal ini sangat wajar. Justru melalui latihan SQ3R yang berulang, ketajaman intuisi membaca akan berkembang, sehingga prediksi terhadap isi bacaan menjadi semakin akurat.

Contoh: setelah Survey bab “Esai Argumentatif”, pembaca dapat membuat pertanyaan seperti:

  • Apa itu tesis?
  • Bagaimana cara menyusun argumen yang logis?
  • Mengapa simpulan penting dalam esai?

3. Read (Membaca Detail)

Tahap Read adalah membaca secara cermat untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini, pembaca sebaiknya menyoroti:

  • ide pokok setiap paragraf,
  • argumen utama penulis,
  • serta data atau bukti yang digunakan.

Namun, dalam praktiknya, sering kali pembaca menemukan poin penting yang tidak pernah terpikirkan saat menyusun pertanyaan di tahap Question. Hal ini wajar, terutama jika intuisi pembaca belum terlalu tajam atau jika teks memang mengandung informasi tambahan yang tak terduga.

Karena itu, pada tahap Read, pembaca boleh (dan sebaiknya) menuliskan catatan ide pokok meskipun tidak berkaitan langsung dengan pertanyaan awal. Catatan ini akan memperkaya pemahaman, bahkan bisa membuka arah analisis baru.

Supaya lebih sistematis, pada tahap Recite atau Review, pembaca bisa menambahkan catatan reflektif seperti:

“Informasi penting lain yang tidak sempat saya tanyakan di awal adalah …”

Dengan cara ini, pembaca tidak kehilangan poin penting hanya karena pertanyaan awalnya kurang lengkap. Proses SQ3R pun menjadi lebih fleksibel: pertanyaan awal tetap berfungsi sebagai panduan, tetapi ruang untuk penemuan baru tetap terbuka.

Dengan kata lain, Question tidak harus sempurna dan Read tidak terbatas pada jawaban pertanyaan awal. Keduanya bersifat dinamis dan saling melengkapi: Question melatih prediksi, Read melatih keluwesan menangkap ide-ide baru.

Contoh: saat membaca bab “Esai Argumentatif”, selain menemukan jawaban atas pertanyaan tentang tesis–argumen–simpulan, pembaca mungkin juga menemukan informasi tambahan tentang gaya bahasa persuasif. Walaupun tidak ditanyakan sebelumnya, poin itu tetap layak dicatat.

4. Recite (Mengulang dan Mencatat)

Tahap Recite berarti mengulang kembali isi bacaan dengan bahasa sendiri. Fungsinya bukan sekadar menghafal, melainkan melatih pemahaman aktif bahwa jika kita mampu menjelaskan kembali dengan kata-kata sendiri, berarti kita benar-benar paham isi bacaan.

Ada beberapa bentuk kegiatan Recite:

  • Mengulang secara lisan. Misalnya, menceritakan kembali isi bacaan kepada teman atau bahkan kepada diri sendiri.
  • Membuat catatan ringkas. Catatan dapat berupa poin-poin utama, kalimat inti, atau rangkuman singkat per paragraf.
  • Membuat peta konsep atau mind map. Bagi pemelajar visual, ini membantu melihat hubungan antar-ide.

Peringatan pedagogis:

  • jangan jatuh pada kebiasaan “copy-paste” atau menyalin kalimat dari teks. Recite justru melatih mahasiswa untuk parafrasa, mengekspresikan ulang ide, dan mengasah keterampilan menulis ringkasan; dan
  • jika pada tahap Question ada pertanyaan yang tidak terjawab, di tahap ini mahasiswa perlu menuliskan catatan refleksi:
    “Pertanyaan saya tentang … ternyata tidak ada jawabannya dalam bacaan.”
    Dengan begitu, pembaca belajar menilai batasan teks yang dibaca.

Contoh: teks asli menulis: “Tesis adalah pernyataan utama yang menjadi dasar argumen.”

Versi Recite: “Tesis berarti pernyataan pokok yang menjadi pijakan seluruh argumen dalam esai.”

5. Review (Meninjau Ulang)

Tahap terakhir adalah Review, yaitu meninjau kembali isi bacaan secara menyeluruh. Tujuannya adalah memperkuat ingatan, memastikan pemahaman utuh, dan menemukan hubungan antara pertanyaan awal dengan jawaban yang sudah didapat.

Hal-hal yang perlu dilakukan di tahap ini:

  1. Meninjau jawaban pertanyaan awal. Apakah semua sudah terjawab? Jika tidak, kenapa?
  2. Mengecek catatan ide pokok. Apakah ada poin penting yang terlewat?
  3. Menambahkan informasi baru. Jika saat Read ditemukan hal di luar pertanyaan awal, tuliskan di sini:
    “Informasi penting lain yang tidak sempat saya tanyakan di awal adalah …”
  4. Menarik kesimpulan umum. Tuliskan ringkasan akhir yang memuat pesan utama teks.

Peringatan pedagogis:

  • banyak pembaca menganggap tahap Review tidak penting. Padahal, justru di tahap ini kemampuan berpikir kritis diuji: bukan hanya memahami isi teks, tetapi juga mengevaluasi proses membaca mereka sendiri.
  • Review mengajarkan metakognisi: “Apakah saya membaca dengan benar? Apa yang sudah saya dapatkan? Apa yang masih belum jelas?”

Contoh: setelah membaca bab “Esai Argumentatif”, pembaca menulis Review:

  • Semua pertanyaan terjawab.
  • Informasi tambahan: pentingnya gaya bahasa persuasif.
  • Simpulan: esai argumentatif terdiri dari tesis, argumen, dan simpulan; ketiganya harus disusun logis agar tulisan meyakinkan.

Kesimpulan

Teknik SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) bukan hanya metode membaca mekanis, tetapi sebuah strategi untuk melatih membaca aktif, kritis, dan reflektif.

  • Survey memberi orientasi awal.
  • Question menumbuhkan rasa ingin tahu.
  • Read memperdalam pemahaman sekaligus membuka ruang penemuan baru.
  • Recite mengasah kemampuan menyusun ulang ide dengan bahasa sendiri.
  • Review memperkuat ingatan sekaligus mengevaluasi proses membaca.

Jika dipraktikkan secara konsisten, SQ3R bukan hanya membantu memahami teks akademik, tetapi juga membentuk kebiasaan berpikir sistematis yang sangat berguna bagi pembaca.

Dengan mengikuti langkah SQ3R ini, pembaca akan terbantu dalam memahami teks yang panjang sekalipun. SQ3R mengubah membaca dari sekadar aktivitas pasif menjadi proses aktif yang melibatkan pertanyaan, catatan, dan peninjauan ulang. Tidak heran jika teknik ini dianggap salah satu cara menerapkan SQ3R paling efektif untuk meningkatkan pemahaman bacaan.

Contoh Penerapan SQ3R dalam Membaca Buku Akademik

Untuk memahami cara kerja SQ3R, mari kita lihat contoh SQ3R ketika membaca artikel opini berjudul “Affan Kurniawan dan ‘Les Miserables’ Kita” dari Kompas.id.

  1. Survey
    • Judul artikel: Affan Kurniawan dan Les Misérables Kita
    • Penulis & latar belakang: Yoseph Yapi Taum, penyair dan dekan Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma.
    • Tanggal terbit: 1 September 2025.
    • Topik utama artikel: Tragedi kematian Affan Kurniawan sebagai simbol kemarahan rakyat kecil yang paralel dengan kisah Les Misérables karya Victor Hugo.
    • Subjudul:
      • Anatomi kekecewaan → memberi petunjuk isi bagian tengah akan membahas akar kekecewaan publik (ekonomi & politik).
      • Barikade kemiskinan → memberi petunjuk isi bagian akhir akan membahas bentuk perlawanan rakyat kecil.
    • 1–2 paragraf pertama: menceritakan kematian tragis Affan Kurniawan yang kemudian menjadi simbol kemarahan rakyat.
    • 1–2 paragraf terakhir: menyampaikan pesan moral bahwa tragedi ini adalah seruan agar negara lebih peka, transparan, dan tidak mengorbankan rakyat kecil.
    • Kesan awal setelah membaca cepat: Artikel ini kemungkinan membandingkan tragedi Affan dengan kisah Les Misérables karya Victor Hugo untuk menyoroti ketidakadilan sosial dan pentingnya perubahan struktural.
  2. Question
    Dari subjudul yang ada, pembaca menyusun pertanyaan seperti:
    • “Siapa Affan Kurniawan dan mengapa kematiannya penting secara simbolik?
    • Bagaimana tragedi ini mencerminkan kondisi sosial-politik Indonesia?
    • Apa hubungan tragedi Affan dengan Les Misérables karya Victor Hugo?
    • Faktor apa saja yang melatarbelakangi kemarahan rakyat Indonesia?
    • Pesan moral apa yang ingin disampaikan penulis melalui artikel ini?
  3. Read
    Pembaca membaca bab tersebut secara detail untuk mencari jawaban dari pertanyaan tadi. Saat membaca, mereka menandai ide pokok, definisi penting, serta contoh yang relevan.
    • Siapa Affan Kurniawan dan mengapa kematiannya penting secara simbolik?
      Affan Kurniawan adalah seorang pengemudi ojek online yang meninggal tertabrak kendaraan taktis Brimob saat hendak mengambil ponselnya. Ia bukan tokoh publik atau aktivis, tetapi justru karena ia wong cilik, kematiannya memicu solidaritas dan kemarahan rakyat. Affan menjadi simbol penderitaan rakyat kecil yang diabaikan negara.
      📍 Paragraf 1–2
    • Bagaimana tragedi ini mencerminkan kondisi sosial-politik Indonesia?
      Tragedi Affan memperlihatkan jurang antara optimisme pemerintah dengan realitas getir rakyat. Di tengah klaim penurunan angka kemiskinan, rakyat perkotaan menghadapi pengangguran, harga pokok naik, dan kebijakan yang tidak peka. Kematian Affan menjadi percikan yang menyulut kemarahan sipil, menunjukkan rapuhnya kepercayaan publik terhadap negara.
      📍 Paragraf 3–5
    • Apa hubungan tragedi Affan dengan Les Misérables karya Victor Hugo?
      Penulis menghubungkan Affan dengan Gavroche, bocah jalanan dalam Les Misérables yang tewas di barikade Revolusi 1832. Keduanya melambangkan kepolosan rakyat kecil yang dikorbankan negara. Seperti Gavroche memicu api pemberontakan di Paris, Affan menjadi pemicu solidaritas dan perlawanan rakyat di Indonesia.
      📍 Paragraf 6–8
    • Faktor apa saja yang melatarbelakangi kemarahan rakyat Indonesia?
      Beberapa faktor antara lain: meningkatnya kemiskinan perkotaan, lonjakan PHK (42.385 pekerja semester I 2025), harga kebutuhan pokok meroket, usulan kenaikan tunjangan DPR Rp 50 juta, dan kegagalan program Makan Bergizi Gratis (MBG) Rp 71 triliun. Semua ini dianggap menunjukkan arogansi elite dan ketidakpekaan pemerintah.
      📍 Paragraf 3–5
    • Pesan moral apa yang ingin disampaikan penulis melalui artikel ini?
      Penulis menyerukan agar negara lebih peka pada penderitaan rakyat kecil dan tidak hanya sibuk dengan narasi makro yang optimistis. Transparansi, akuntabilitas, dan perubahan struktural diperlukan agar tragedi seperti Affan tidak terulang. Artikel ini adalah seruan moral agar negara tidak lagi mengorbankan warganya yang paling lemah.
      📍 Paragraf terakhir
  4. Recite
    Setelah selesai membaca, pembaca mengulang kembali poin utama dengan bahasa sendiri, misalnya:
    • Artikel ini menggambarkan bagaimana kematian tragis Affan Kurniawan memicu solidaritas rakyat, sama seperti kematian Gavroche dalam Les Misérables. Akar kemarahan rakyat ada pada ketidakadilan ekonomi dan arogansi politik. Affan menjadi simbol wong cilik yang terpinggirkan, dan tragedinya menjadi seruan moral bagi pemerintah untuk berubah.
  5. Review
    Pembaca meninjau ulang catatan, memastikan semua pertanyaan awal sudah terjawab, lalu menyusun ringkasan singkat:
    • Pertanyaan yang terjawab: 1–5 semuanya jelas.
    • Pertanyaan yang tidak terjawab: Tidak ada.
    • Informasi tambahan: Reaksi internasional (Marseille) tidak muncul dalam pertanyaan awal, tapi penting sebagai bukti tragedi Affan menembus batas geografis.
    • Kesimpulan akhir: Artikel ini menegaskan paralelisme antara tragedi Affan dengan kisah Les Misérables. Keduanya memperlihatkan bagaimana kematian rakyat kecil bisa menjadi katalis kemarahan sosial dan simbol perlawanan.

Sebagai catatan, kalau semisal ada pertanyaan yang tidak terjawab, catat di bagian Review dengan alasan: apakah teks tidak menyediakannya, atau pertanyaannya memang terlalu kritis. Di sisi lain, kalau ada poin penting di luar pertanyaan awal, itu tetap dicatat agar pemahaman pembaca lebih utuh.

Dengan tahapan ini, pembaca tidak hanya membaca pasif, tetapi juga aktif bertanya, mencatat, dan mengulas kembali. Inilah bentuk nyata penerapan SQ3R dalam membaca buku yang membantu pembaca memahami dan mengingat isi bacaan dengan lebih baik.

Kelebihan dan Kekurangan SQ3R

Seperti halnya strategi belajar lainnya, metode ini memiliki sisi positif dan keterbatasan. Berikut penjelasan kelebihan SQ3R dan kekurangan SQ3R yang perlu diketahui sebelum mempraktikkannya.

Kelebihan SQ3R

  • Meningkatkan fokus → pembaca tidak lagi membaca pasif, tetapi terarah oleh pertanyaan yang disusun di awal.
  • Memperkuat daya ingat → dengan tahapan recite dan review, informasi lebih mudah tersimpan dalam memori jangka panjang.
  • Membantu memahami bacaan kompleks → cocok untuk teks akademik yang padat, karena memecah proses membaca menjadi langkah-langkah kecil yang jelas.
  • Melatih berpikir kritis → pembaca terbiasa mengajukan pertanyaan, menemukan jawaban, lalu menyimpulkan informasi.

Kekurangan SQ3R

  • Membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan membaca cepat biasa, karena melibatkan pencatatan, pengulangan, dan peninjauan ulang.
  • Perlu latihan konsisten agar efektif. Tanpa kebiasaan, pembaca mudah kembali pada pola membaca pasif.
  • Kurang cocok untuk bacaan singkat seperti berita cepat atau posting media sosial, karena langkah-langkahnya relatif panjang.

Perbandingan dengan Teknik Membaca Lain

  • Skimming lebih cepat, tapi hanya memberi gambaran umum, tanpa pemahaman detail.
  • Scanning efektif menemukan informasi spesifik (angka, istilah, tanggal), tetapi tidak membantu memahami keseluruhan isi.
  • SQ3R unggul karena menggabungkan pemahaman menyeluruh, penguatan daya ingat, dan keterampilan berpikir kritis, meskipun memang lebih memakan waktu.

Dengan demikian, pembaca bisa memilih strategi sesuai kebutuhan. Untuk membaca teks akademik atau buku tebal, SQ3R lebih tepat. Namun, untuk membaca cepat atau mencari data tertentu, skimming dan scanning bisa lebih efisien.

Tips Agar SQ3R Lebih Efektif

Meskipun SQ3R sudah terbukti membantu meningkatkan pemahaman bacaan, ada beberapa cara agar hasilnya lebih maksimal. Berikut beberapa tips SQ3R yang bisa diterapkan oleh mahasiswa maupun pembaca umum:

  1. Sediakan catatan khusus
    Siapkan buku catatan atau dokumen digital khusus untuk mencatat hasil Survey, Question, Read, Recite, dan Review. Dengan begitu, proses membaca menjadi lebih terarah dan catatan bisa digunakan kembali saat belajar.
  2. Gunakan highlight atau sticky notes
    Tandai bagian penting dengan stabilo, highlight digital, atau sticky notes. Cara ini membantu pembaca lebih cepat menemukan poin utama dan memudahkan saat melakukan tahap Review.
  3. Terapkan pada berbagai jenis bacaan
    Jangan batasi SQ3R hanya untuk buku teks. Cobalah pada jurnal ilmiah, artikel populer, laporan kerja, atau bahkan artikel online. Semakin sering digunakan, semakin terasah keterampilan membaca kritis yang dimiliki.
  4. Mulai dari bacaan sederhana
    Jika baru mencoba, terapkan SQ3R pada teks yang tidak terlalu panjang. Setelah terbiasa, barulah gunakan untuk bacaan akademik yang lebih kompleks.
  5. Konsisten berlatih
    Sama seperti keterampilan lain, efektivitas SQ3R bergantung pada latihan. Semakin rutin digunakan, semakin cepat pembaca menguasai setiap tahapannya.

Dengan mengikuti tips di atas, SQ3R tidak hanya menjadi teori, tetapi benar-benar berubah menjadi cara belajar membaca efektif yang bisa membantu siapa saja memahami teks lebih baik, baik untuk keperluan kuliah maupun kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa SQ3R adalah strategi membaca yang efektif untuk memahami teks secara lebih mendalam. Dengan lima tahapannya—Survey, Question, Read, Recite, dan Review—pembaca dilatih untuk membaca secara aktif, terarah, dan kritis. Tidak hanya membantu menemukan ide pokok, SQ3R juga memperkuat daya ingat dan meningkatkan keterampilan berpikir analitis.

Dalam konteks akademik, pentingnya strategi membaca ini terasa jelas: mahasiswa bisa lebih siap menghadapi buku teks tebal, artikel ilmiah, maupun laporan riset. Namun, SQ3R juga bermanfaat bagi masyarakat umum yang ingin memahami artikel populer, berita, atau laporan kerja secara lebih efektif.

Sebagai penutup, mari jadikan SQ3R bukan hanya teori, tetapi praktik nyata dalam keseharian. Mulailah mencoba metode ini pada bacaan sederhana, lalu terapkan secara konsisten pada teks yang lebih kompleks. Dengan begitu, pembaca akan merasakan sendiri manfaat SQ3R sebagai strategi membaca yang mampu meningkatkan pemahaman sekaligus kualitas belajar.

Penulis: Sony Christian Sudarsono | Editor: Benedikta Haryanti | Gambar: Freepik

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *