kesantunan berbahasa brown levinson

Brown dan Levinson (1987) dalam bukunya yang berjudul Politeness: Some Universals in Language Usage menjelaskan kesantunan secara berbeda dibandingkan Leech (1983), yaitu dengan konsep muka (face). Berikut dijelaskan strategi kesantunan berbahasa Brown dan Levinson.

Ada dua jenis muka, yaitu muka positif dan muka negatif. Muka positif berkaitan dengan keinginan setiap orang untuk diakui keberadaan dan reputasinya. Sementara itu, muka negatif berkaitan dengan keinginan setiap orang untuk merasa bebas dari tekanan atau beban yang diberikan orang lain kepadanya. Kesopanan yang mempertimbangkan muka positif adalah upaya penutur untuk menjaga citra baik mitra tuturnya. Sementara itu, kesopanan yang mempertimbangkan muka negatif adalah upaya penutur untuk menghindari tindakan memberikan beban atau tekanan yang mengancam citra baik mitra tuturnya.

Berkaitan dengan hal itu, Brown dan Levinson menyajikan empat formula, yaitu (a) penuturan terus terang (bald on record), (b) penuturan yang melihat muka positif (positive politeness), (c) penuturan dengan melihat muka negatif (negative politeness), dan (d) penuturan semu (off record). 

Formula Kesantunan Berbahasa Brown Levinson 1: Penuturan Terus Terang

Penuturan terus terang biasa dilakukan oleh penutur yang memiliki kuasa yang lebih dibandingkan mitra tuturnya. Misalnya, seorang ibu menyuruh anaknya membeli sabun cuci. Memerintah (bahkan juga meminta tolong) merupakan tindakan yang sebenarnya tidak mengenakkan bagi mitra bicara karena mitra bicara mendapat beban atau tekanan. Namun, karena yang memberi perintah adalah orang yang memiliki kuasa lebih tinggi seperti ibu kepada anak, atau bos kepada sekretarisnya, atau majikan pada pembantunya, tindak tutur memerintah masih dapat dikategorikan tindakan yang sopan sepanjang dilaksanakan dengan cara yang wajar.

Contoh lain adalah memerintah dalam keadaan mendesak seperti menyuruh orang segera keluar rumah dalam keadaan kebakaran. Dalam situasi seperti itu, formula penuturan terus terang merupakan pilihan terbaik dan masih dalam kategori sopan sekalipun dilakukan dengan berteriak atau nada tinggi.

Formula penuturan secara terus terang juga dilakukan dengan melakukan tindak tutur yang memang secara konvensional menguntungkan bagi mitra tutur. Misalnya menawari, memuji, dan memberikan penghargaan.

Formula Kesantunan Berbahasa Brown Levinson 2: Kesantunan Positif

Formula kedua, penuturan yang melihat muka positif, memiliki 15 strategi. Kelima belas strategi tersebut dapat digolongkan dalam tiga cara, yaitu (a) menyatakan bahwa penutur memiliki kesamaan dengan mitra tutur (penutur dan mitra tutur merupakan bagian dari keseluruhan yang menginginkan hal yang sama), (b) menyampaikan bahwa penutur dan mitra tutur adalah pihak-pihak yang bekerja sama, dan (c) memenuhi keinginan mitra tutur.

Strategi 1: Memberi Perhatian

Penutur memberikan perhatian khusus kepada mitra tutur, misalnya, dengan memperhatikan minat, keinginan, dan kelakukan mitra tutur. Penutur memperhatikan kondisi mitra tuturnya yang meliputi perubahan-perubahan fisik, kepemilikan barang, dan lain-lain.

Contoh:

Bejo tahu bahwa Fiki adalah pemain bola yang andal. Namun, sepatu Fiki ternyata rusak parah sehingga tidak mungkin digunakan dalam pertandingan besok. Padahal, Fiki sudah tidak punya uang lagi untuk membeli sepatu baru. Bejo yang menyadari kemampuannya berada di bawah Fiki berkata kepadanya, “Fik, pakailah sepatuku. Sepertinya ukuran sepatu kita kurang lebih sama.” Fiki pun menjawab, “Wow, terima kasih, Bejo.”

Strategi 2: Melebih-lebihkan Ketertarikan

Penutur melebih-lebihkan rasa ketertarikan, persetujuan, simpati terhadap mitra tutur. Strategi ini biasa digunakan untuk memuji mitra tutur.

Contoh:

Fiki akhirnya berhasil mencetak gol kemenangan. Bejo yang melihat kehebatan Fiki memujinya dengan berkata, “Kamu hebat, Fik.” Fiki pun tersenyum dan menjawab, “Terima kasih, Bro.”

Strategi 3: Mengintensifkan Rasa Ketertarikan

Penutur meningkatkan rasa tertarik terhadap mitra tutur. Strategi ini adalah lanjutan dari strategi kedua di atas. Rasa ketertarikan terhadap mitra tutur bisa diintensifkan lagi dengan pujian-pujian berikutnya.

Contoh:

Setelah Fiki menjawab terima kasih, Bejo masih melanjutkan pujiannya. Katanya, “Gol yang tadi benar-benar cantik. Laju bola hasil tendanganmu melengkung dan menukik sehingga membuat kiper lawan tak berkutik.”

Strategi 4: Menyamakan Jati Diri

Penutur menggunakan penanda yang menunjukkan kesamaan jati diri atau kelompok. Strategi ini digunakan untuk menunjukkan solidaritas antara penutur dengan mitra tutur. Strategi ini dapat dilakukan dengan mengganti pronomina persona dengan nomina-nomina sapaan.

Contoh:

Bejo sedang membereskan ruang penyimpanan alat-alat latihan. Lalu di melihat Gunawan, temannya, lewat. Karena butuh bantuan, Bejo pun berkata, “Bro, bisa minta tolong bukakan lemari ini?” alih-alih berkata, “Eh kamu, tolong bantu saya buka lemari ini!”

Strategi 5: Menunjukkan Persetujuan

Penutur mencari dan mengusahakan persetujuan dengan mitra tutur. Penutur bisa mengulang sebagian tuturan mitra tutur untuk menunjukkan bahwa penutur menyetujui dan mengikuti informasi apa saja yang dituturkan oleh mitra tutur.

Contoh:

Esti sangat sedih karena kucing kesayangannya mati. Endang sebagai sahabatnya tidak tahu alasan Esti bersedih, lalu dia bertanya, “Kenapa kamu, Es?” Esti pun menjawab, “Kucing kesayanganku mati. Aku sudah merawatnya sejak lima tahun lalu. Aku sangat sedih” Mendengar hal itu, Endang berkata, “Kehilangan hewan peliharaan kesayangan memang menyedihkan.”

Strategi 6: Menghindari Pertentangan

Penutur menghindari pertentangan dengan mitra tutur. Berbeda dengan kasus pada strategi lima, strategi 6 ini digunakan ketika penutur sebenarnya memang tidak setuju dengan mitra tutur. Namun, untuk menyelamatkan muka positif mitra tuturnya, penutur meminimalkan ketidaksetujuannya.

Contoh:

Bejo dan kawan-kawannya sedang rapat untuk menentukan siapa yang pantas menjadi kapten tim. Nurdin mengusulkan Maman menjadi kapten karena dia paling senior. Bejo sebenarnya tidak setuju dengan hal itu. Menurutnya, senioritas bukanlah alasan utama seseorang menjadi kapten. Ketika Nurdin sebagai pimpinan rapat meminta pendapat, Bejo pun menjawab, “Maman memang yang paling senior di antara kita. Dia mungkin sangat paham dengan kultur tim ini. Namun, ada baiknya kita melihat aspek lain sebagai pertimbangan alternatif.”

Strategi 7: Menunjukkan Kesamaan

Penutur menunjukkan kesamaan dengan mitra tutur. Ketika hendak menawarkan bantuan kepada mitra tutur, penutur kadang menunjukkan kesamaan dengan mitra tuturnya supaya terkesan tidak membebani penutur. Di sisi lain, ketika ingin meminta tolong kepada mitra tutur, penutur kadang mencari kesamaan supaya permintaan tolongnya tidak terlalu membebani mitra tutur.

Contoh:

Surti melihat Titin pulang jalan kaki. Karena arah perjalanan mereka sama, Surti yang pulang naik sepeda motor menawarkan bantuan kepada Titin dengan berkata, “Tin, ayo bareng aku aja. Kita kan searah.” Esok harinya, Titin yang sedang sibuk menyiapkan materi rapat sebenarnya sedang sangat lapar. Tetapi dia tidak mau meninggalkan pekerjaannya untuk sekadar keluar membeli nasi bungkus di kantin. Melihat Surti mau keluar dari ruangan, Titin pun bertanya, “Mau ke mana Sur?” Jawab Surti, “Ke kantin. Laper nih.” Dengan tersenyum, Titin pun minta tolong, “Kalo gitu, titip nasi bungkus satu, ya.” “Siap,” jawab Surti.

Strategi 8: Menggunakan Candaan

Penutur menggunakan candaan atau gurauan. Candaan bisa digunakan untuk menyelamatkan muka mitra tutur ketika penutur ingin mengganggu citra baiknya.

Contoh:

Rahmad dan kawan-kawan sedang mempersiapkan acara orientasi mahasiswa baru. Rahmad mengatakan bahwa ospek ini digunakan untuk melatih mental para mahasiswa baru nanti. Bejo yang sebenarnya kurang setuju dengan konsep acara yang dibahas dalam rapat ini berkata, “Melatih mental kok pakai ospek. Cukup jadi fans MU aja.” Rekan-rekan yang lain pun tertawa, apalagi setelah tahu Rahmad adalah fans MU.

Strategi 9: Memahami Keinginan

Penutur menunjukkan bahwa dia memahami keinginan mitra tutur. Strategi ini biasa digunakan ketika hendak mengajak mitra tutur untuk melakukan sesuatu. Penutur berusaha menunjukkan bahwa dia memahami kebutuhan mitra tuturnya.

Contoh:

Bejo diajak kawan-kawannya untuk naik gunung. Namun, Bejo ragu untuk ikut kawan-kawannya. Edo yang cukup mengenal Bejo menghampirinya, lalu berkata, “Ayo ikut, Jo. Aku tahu kamu mungkin takut. Tapi ini baik buat dirimu juga. Sekalian refreshing setelah UAS.”

Strategi 10: Menawari/Berjanji

Penutur memberikan penawaran atau janji kepada mitra tutur. Berjanji merupakan tindakan yang menyenangkan bagi mitra tutur. Kadang berjanji juga dilakukan ketika menolak tawaran mitra tutur sehingga dengan janji itu muka mitra tutur terselamatkan.

Contoh:

Bejo dan Ricky pulang bersama-sama. Bejo kebetulan hari itu nebeng Ricky. Sesampainya di rumahnya, Bejo menawari Ricky untuk mampir sebentar. “Ayo, Rick, mampir dulu. Minum kopi dulu. Aku baru beli kopi baru dari Toraja.” Karena Ricky ada keperluan lain yang juga mendesak, supaya Bejo tidak tersinggung Ricky pun menjawab, “Lain kali aku akan mampir dan minum kopi bareng, Bro,” alih-alih mengatakan, “Aku langsungan aja Bro.”

Strategi 11: Menunjukkan Optimisme

Penutur menunjukkan sifat optimistis. Citra baik seseorang kadang perlu ditunjukkan dengan rasa optimistik dari orang lain.

Contoh:

Dalam suatu pertandingan, tim Bejo dan Fiki mendapat tendangan penalti karena Fiki dilanggar di kotak terlarang. Fiki sebagai striker utama biasa ditunjuk sebagai eksekutor penalti. Namun, karena pelanggaran itu, kaki Fiki agak bermasalah. Fiki pun segera menghampiri Bejo dan memintanya untuk mengeksekusi penalti itu. Fiki berkata, “Aku kemarin melihatmu berlatih penalti dengan keras. Aku yakin saat ini kamu bisa menggantikanku, Jo. Ambil bola ini dan masukkan. Kamu pasti bisa membawa tim kita menang.”

Strategi 12: Melibatkan Mitra Tutur

Penutur berusaha melibatkan mitra tutur dalam kegiatan bersama. Tindakan mengajak merupakan tindakan yang mendukung citra baik orang lain. Orang lain tersebut menjadi merasa dianggap ada dan dimanusiakan.

Contoh:

Bejo adalah anak baru di sekolahnya. Dia belum punya teman dekat. Pada jam istirahat dia jajan di kantin dan bingung mau memilih duduk di mana karena tidak ada meja yang benar-benar kosong. Melihat keraguan Bejo, Jupri yang sedang makan bersama teman-temannya memanggil Bejo, “Jo, sini aja. Gabung sama kita-kita. Makan bareng sini.”

Strategi 13: Meminta Pertimbangan

Penutur memberi atau meminta alasan atau pertimbangan. Supaya eksistensi diri seseorang semakin diakui, kadang pendapatnya pun perlu dimintai. Dengan meminta pendapat mitra tutur, penutur menunjukkan bahwa mitra tuturnya itu dihargai.

Contoh:

Bejo yang akhirnya bergabung bersama Jupri dan kawan-kawan di kantin sedang membahas rencana rekreasi di akhir pekan nanti. Lukman mengusulkan supaya mereka ke pantai saja. Namun, Oki mengusulkan supaya mereka pergi ke alun-alun melihat pasar malam yang akan mulai dibuka Sabtu besok. Jupri yang melihat Bejo ingin mengatakan sesuatu langsung berkata, “Gimana menurutmu, Jo?”

Strategi 14: Membalas Kebaikan

Penutur menawarkan suatu tindakan timbal balik, yaitu jika mitra tutur melakukan X, penutur akan melakukan Y. Strategi ini disebut juga resiprositas atau membalas tindakan baik orang lain. Kadang penutur sungkan menerima bantuan dari mitra tutur. Namun, ketika mitra tutur tersebut menunjukkan bahwa tindakannya adalah balasan dari kebaikan penutur pada masa lalu, penutur pun cenderung lebih bisa menerima bantuan tersebut.

Contoh:

Fiki yang tempo hari mendapat pinjaman sepatu dari Bejo melihat Bejo sedang mengalami kesulitan dalam berlatih tendangan bebas. Fiki pun menghampiri Bejo lalu berkata, “Sulit ya, Jo?” “Iya nih, tapi aku mau berusaha lebih keras lagi,” jawab Bejo. “Dulu aku diajari kakakku teknik yang baik sehingga aku bisa menendang dengan arah yang akurat. Kini aku akan mengajarimu Jo,” kata Fiki. “Wah, apa tidak merepotkan? Nanti kamu pulang kemalaman, lho.” kata Bejo. “Tenang aja. Anggap aja ini balasan atas pinjaman sepatu tempo hari,” jawab Fiki sambil tersenyum.

Strategi 15: Bersimpati

Penutur memberikan rasa simpati kepada mitra tutur. Seorang mitra tutur akan semakin merasa dihargai ketika mendapat simpati dari penutur.

Contoh:

Bejo akhirnya menerima tawaran Fiki untuk diajari tendangan bebas yang baik. Setelah hampir dua jam berlatih, Bejo belum juga menunjukkan perkembangan yang signifikan. Bejo tampak frustrasi. Fiki segera menghampirinya dan berkata, “Gimana Jo? Susah ya?” “Iya, ternyata nggak gampang juga. Padahal udah diajari hampir dua jam, nih,” jawab Bejo. “Memang begitulah, Jo. Latihan ini memang tidak mudah. Ini sudah mending beberapa tendangan terakhirmu mengenai mistar gawang. Artinya hampir kena sasaran. Kalau terus dilatih, nggak lama lagi pasti arah tendanganmu makin akurat,” hibur Fiki. “O gitu ya, Fik. Oke deh. Besok latihan lagi, ya. Jadi semangat aku,” timpal Bejo. “Siap, Bro,” pungkas Fiki.

Formula Ketiga: Kesantunan Negatif

Formula ketiga, penuturan yang mempertimbangkan muka negatif, memiliki 10 strategi. Kesantunan negatif pada hakikatnya ditujukan terhadap bagaimana memenuhi dan atau menyelamatkan sebagian muka negatif mitra tutur, yaitu keinginan dasar mitra tutur untuk mempertahankan apa yang dia anggap sebagai wilayah dan keyakinan dirinya. Dalam hal ini, penutur mengakui dan menghormati (dan seandainya terpaksa melakukan, akan sedikit mungkin melakukan pelanggaran) keinginan muka negatif mitra tutur.

Strategi 1: Ungkapan Tidak Langsung

Penutur mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung. Caranya adalah mengubah kalimat imperatif menjadi kalimat deklaratif untuk menyuruh atau melarang orang lain. Hal ini dilakukan supaya mitra tutur tidak merasa langsung diperintah.

Strategi 2: Pertanyaan

Penutur menggunakan pertanyaan. Strategi ini mirip dengan strategi pertama di atas. Hanya saja, kalimat imperatifnya diubah menjadi kalimat interogatif. Contoh-contoh kasus untuk strategi 1 dan 2 ini sudah pernah dibahas dalam artikel tentang Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung.

Strategi 3: Pesimistis

Penutur bersikap pesimistis. Strategi ini dapat digunakan manakala situasi kurang memungkinkan untuk memaksa mitra tutur melakukan sesuatu. Penutur berpura-pura bersikap pesimistik, tetapi secara tersirat sebenarnya mengharapkan mitra tutur melakukan hal yang diinginkan.

Contoh:

Tim sepak bola Bejo sedang mengalami badai cedera. Banyak pemain inti yang harus naik ke meja operasi sehingga keadaan tim menjadi melemah. Melihat hal itu, Pelatih Heru berkata kepada anak-anak asuhnya, “Saat ini tim dalam keadaan yang kurang baik. Fiki yang merupakan pencetak gol terbanyak harus absen. Demikian pula Yoyon yang sudah melakukan 13 assists juga harus menepi. Kiper andalan kita, Prima pun baru saja mengalami cedera pergelangan kaki. Jika dalam pertandingan nanti kita berhasil meraih satu angka saja, saya sudah sangat bersyukur. Namun, alangkah indahnya jika tiga angka tetap kita amankan meskipun rasanya memang sulit.” Bejo yang mendengar hal itu langsung menjawab, “Insya Allah, Coach, kita akan menang.”

Strategi 4: Mengurangi Beban

Penutur mengurangi beban mitra tutur. Ada kalanya penutur memang harus meminta bantuan mitra tutur. Untuk menyelamatkan muka negatif mitra tuturnya, penutur akhirnya mencoba mengurangi beban mitra tutur dengan menyederhanakan permintaannya.

Contoh:

Andi melihat Bejo begitu sibuk mengerjakan tugas-tugas kantor. Di sisi lain, Andi ingin minta tolong Bejo untuk membantu mengerjakan laporannya karena memang hanya Bejo orang yang paling paham dengan laporan itu. Andi pun berkata, “Jo, maaf nih, aku mau sedikit mengganggumu. Aku mau minta tolong sebentar saja untuk mengajariku membuat laporan ini. Nanti pas kamu agak selo nggak apa-apa kok.” Melihat hal itu, Bejo menjawab, “Oke, Bro. Santai aja. Nanti aku bantu. Bentar ya, lagi nanggung. Habis ini aku langsung ke mejamu.”

Strategi 5: Penghormatan

Penutur memberikan penghormatan. Mitra tutur memiliki muka negatif yang tidak ingin diganggu. Namun, jika terpaksa harus mengganggunya, penutur sering kali juga melakukan penghormatan kepada mitra tuturnya supaya muka negatifnya tidak tercoreng jika diminta melakukan sesuatu.

Contoh:

Para pejabat karena jabatannya merasa memiliki kuasa dan jika disuruh melakukan sesuatu tentu merasa gengsi. Namun ada kalanya seorang penjabat harus diminta untuk memberi sambutan. Ketika waktnya tiba, pembaca acara akan meminta pejabat tersebut dengan sebutan yang terhormat. Misalnya, “Yang terhormat, Bapak Bejo, Kepala Desa Sukamakmur, kami persilakan menuju mimbar untuk memberi sambutan.”

Strategi 6: Maaf

Penutur menggunakan permohonan maaf. Menyuruh mitra tutur tentu mengganggu kebebasannya. Oleh karena itu, penutur kadang perlu meminta maaf terlebih dahulu sebelum mengajukan permintaan/perintahnya.

Contoh:

Maaf, Anda dilarang merokok di sini.

Strategi 7: Impersonalisasi

Penutur melakukan impersonalisasi baik terhadap penutur maupun mitra tutur. Ketika mitra tutur yang akan menerima perintah berjumlah banyak, strategi impersonalisasi bisa dilakukan dengan membuat kalimat pasif sehingga mitra tutur sebagai pelaku tidak perlu disebutkan.

Contoh:

Bejo, seorang manajer baru yang relatif muda dan lebih junior, agak rikuh jika harus memerintah stafnya yang relatif lebih tua dan senior untuk segera mengumpulkan laporan kerja. Oleh karena itu, Bejo berkata, “Laporan kerja dikumpulkan paling lambat akhir pekan ini. Terima kasih,” alih-alih, “Bapak Ibu, harap mengumpulkan laporan kerja paling lambat akhir pekan ini. Terima kasih.”

Strategi 8: Ketentuan Umum

Penutur menyatakan tindakan mengancam muka sebagai suatu ketentuan sosial yang umum berlaku. Kadang kala, sebuah perintah yang ditujukan kepada orang tertentu bisa direkayasa menjadi pernyataan ancaman yang seakan-akan berlaku untuk umum.

Contoh:

Petugas parkir kampus mulai jengah melihat beberapa mahasiswa yang parkir secara sembarangan di kampus. Memang tidak semua, tapi mereka sering melakukan itu. Karena tidak enak hati dan menghindari konflik secara langsung, petugas parkir pun membuat pengumuman, “Sepeda motor yang diparkir sembarangan akan digembosi.”

Strategi 9: Nominalisasi

Penutur menominalkan pernyataannya. Selain mengubah kalimat menjadi pasif seperti pada strategi 7 di atas, ada lagi cara lain, yaitu menominalkan pernyataan. Alih-alih mengatakan, “Bapak Ibu, harap mengumpulkan laporan kerja paling lambat akhir pekan ini. Terima kasih,” penutur bisa mengatakan, “Bapak Ibu, tenggat pengumpulan laporan kerja adalah akhir pekan ini. Terima kasih.”

Strategi 10: Menyatakan Penutur Baik

Penutur menyatakan secara jelas bahwa penutur telah memberikan kebaikan atau tidak kepada mitra tutur.

Contoh:

Saya akan sangat berutang budi kepada Anda jika Anda mau bekerja sama dengan saya.

Formula Keempat: Penuturan Semu

Formula keempat, penuturan semu, dapat dilakukan dengan menggunakan implikatur dan tuturan yang samar atau ambigu.

Tuturan berimplikatur untuk formula ini dilakukan dengan tidak mematuhi prinsip kerja sama, khususnya maksim hubungan, maksim kuantitas, dan maksim kualitas.

Ketidakpatuhan terhadap maksim hubungan dapat dilakukan dengan memberikan tuturan yang berpetunjuk (clue).

Contoh:

Panas ya alih-alih Nyalakan AC itu!

Rumahku tidak jauh kok alih-alih Antarkan aku pulang ya.

Aku ngepel lagi deh hari ini alih-alih Gantian dong ngepelnya. Masak aku terus.

Ketidakpatuhan terhadap maksim kuantitas dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang kurang, berlebihan, atau hanya berupa tautologi.

Contoh:

A     : Apakah pantas anak gubernur yang sedang menjabat mencalonkan diri menjadi bupati di salah satu kabupaten di provinsi sang ayah menjabat?

B     : Tidak ada aturan yang dilanggar (alih-alih Ya sebenarnya kurang pantas).

Tadi jalanan pasti macet sekali alih-alih Kamu terlambat.

Mahasiswa adalah mahasiswa alih-alih bersikaplah lebih akademik.

Ketidakpatuhan terhadap maksim kualitas dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang kontradiktif, ironis, metaforis, dan retoris.

Iya itu terusin aja sampai ikan bisa terbang alih-alih Berhenti melakukan hal itu.

Lihat bajumu itu lho Mas, kacingnya udah mau copot alih-alih Mbok berhenti makannya. Kamu sudah makan terlalu banyak, Mas.

Ilham benar-benar ikan alih-alih Ilham minum sangat banyak.

Apa lagi yang harus aku katakan? alih-alih Aku sudah memperingatkan kamu berulang kali untuk tidak melakukan hal itu, tapi kamu tetap saja tidak patuh.

Tuturan yang samar dan ambigu tidak mematuhi maksim cara. Tuturan yang samar juga dapat diwujudkan dengan pernyataan taksa dan penggantian mitra tutur.

Contoh:

Terserah alih-alih Jangan.

Wah, Pah, Adek sekarang udah pinter loh, bisa mandi sendiri alih-alih Dek, mandi dulu sana.

Penulis: Sony Christian Sudarsono | Editor: Benedikta Haryanti | Gambar: Freepik

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *