Tanggal 2 Mei di Indonesia dikenal sebagai Hari Pendidikan Nasional. Tanggal ini dipilih berdasarkan tanggal lahir salah satu tokoh pendidikan yang sangat berjasa, Ki Hadjar Dewantara. Namun, tidak semua tahu bahwa tanggal ini juga merupakan tanggal lahir bahasa Indonesia. Tidak banyak yang tahu juga, 10 tahun sebelum bahasa Indonesia lahir, Ki Hadjar Dewantara sudah memprediksi bahwa bahasa ini akan menjadi besar dan mempersatukan bangsa Indonesia.

Dikutip dari buku Masa-Masa Awal Bahasa Indonesia karya Harimurti Kridalaksana, Ki Hadjar Dewantara pada 28 Agustus 1916 dalam Kongres Pengajaran Kolonial di Den Haag, Belanda menyampaikan gagasan atau prasaran yang pada intinya berisi pemikiran tentang tempat bahasa-bahasa di Indonesia dalam sistem pengajaran yang berbahasa Belanda.


Pria dengan nama kecil Raden Mas Soewardi Soejaningrat mengatakan kalimat yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kurang lebih seperti ini.

“Bahasa Melayu, yang untuk mempelajarinya sedikit mempersyaratkan kemampuan filologis dan yang sejak lama menjadi bahasa pengantar di antara penutur asli dan juga di antara penduduk pribumi dari pelbagai bagian Insulinde, pada masa yang akan datang akan menjadi bahasa yang cocok untuk seluruh Hindia.”

Ketika itu, Ki Hadjar masih menyebut bahasa Melayu. Pada 1926, sepuluh tahun sejak “ramalan” itu disampaikan digelarkah Kongres Pemuda I yang membahas rumusan Sumpah Pemuda.


Kongres sempat mempermasalahkan rumusan ikrar ketiga. Dengan nama apa bahasa persatuan akan disebut? Muhammad Yamin mengusulkan nama bahasa Melayu karena memang demikianlah bahasa yang dipilih. Namun, M. Tabrani memiliki pemikiran lain. Nama bahasa persatuan harus disebut bahasa Indonesia.

Usul tersebut diperdebatkan oleh Panitia Perumus, yaitu M. Yamin, M. Tabrani, Djamaloedin, dan Sanusi Pane. Yamin dan Djamaloedin menolak usulan Tabrani karena memang tidak ada bahasa Indonesia. Namun, Tabrani didukung Sanusi Pane. Tabrani bersikukuh kalau nama itu belum ada, ya dilahirkan melalui Kongres Pemuda I.

Akhirnya pembahasan ditunda sampai Kongres Pemuda II pada 1928 yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Pada kongres inilah, nama Bahasa Indonesia diresmikan. Sebagai tanda penghormatan kepada M. Tabrani, salah satu gedung di kompleks Badan Bahasa diberi nama Gedung Tabrani.

Kini, bahasa Indonesia sudah berkembang. Setelah hampir seabad hidup, bahasa Indonesia sudah semakin dikenal di berbagai penjuru dunia. Puluhan program studi bahasa dan sastra Indonesia sudah ada di berbagai perguruan tinggi di berbagai negara. Semoga bahasa Indonesia terus berjaya dan menjadi sarana pendidikan yang baik di Indonesia mengingat keduanya diperingati pada tanggal yang sama.

Selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional.

Selamat ulang tahun, bahasa Indonesia.

Penulis: Sony Christian Sudarsono | Editor: Benedikta Haryanti

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *