langue dan parole

Dalam dunia linguistik dan semiotika, konsep langue dan parole menurut Ferdinand de Saussure menjadi salah satu fondasi pemikiran yang mengubah cara kita memahami bahasa. 

Saussure, seorang linguis asal Swiss, memperkenalkan gagasan ini dalam upayanya menjadikan linguistik sebagai ilmu yang otonom dan sistematis. 

Baca juga: Bahasa sebagai Tanda yang Arbitrer: Semiotika Saussure

1. Pengantar: Memahami Bahasa secara Modern

Ia membedakan antara langue (sistem bahasa yang disepakati secara kolektif oleh masyarakat) dan parole (penggunaan bahasa oleh individu dalam konteks tertentu). 

Perbedaan inilah yang membentuk kerangka dasar linguistik modern dan menjadi pintu masuk menuju kajian semiotika, yaitu ilmu tentang tanda dan makna.

Memahami langue dan parole bukan hanya penting bagi mereka yang mendalami studi linguistik, tetapi juga relevan dalam berbagai disiplin ilmu yang meneliti komunikasi dan representasi makna. 

Konsep ini membuka wawasan tentang bagaimana bahasa bekerja sebagai sistem sosial, bagaimana tanda-tanda dalam bahasa memiliki makna, dan bagaimana makna tersebut diproduksi serta dipahami dalam interaksi sehari-hari. 

Dengan memahami pemikiran Saussure ini, kita juga akan lebih mudah memasuki diskusi lebih dalam tentang semiotika, khususnya teori tanda yang mencakup kesatuan antara penanda (signifier) dan petanda (signified).

Sebagai salah satu tonggak dalam linguistik modern, pemahaman tentang langue dan parole membantu kita melihat bahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai fenomena sosial dan budaya yang kompleks. 

Artikel ini akan membahas konsep ini secara mendalam, sehingga Anda dapat memahami signifikansi langue dan parole dalam teori linguistik Saussure serta relevansinya dalam kajian semiotika masa kini.

2. Saussure dan Fakta Sosial 

2.1 Latar Belakang Pemikiran Saussure

Pemikiran Ferdinand de Saussure tidak dapat dilepaskan dari pengaruh intelektual pada masanya, termasuk gagasan sosiologis Emile Durkheim yang memandang masyarakat sebagai entitas yang membentuk dan dipengaruhi oleh norma-norma sosial. 

Durkheim mengemukakan konsep fakta sosial, yaitu aturan, kebiasaan, dan pola pikir kolektif yang mengikat individu dalam suatu masyarakat. 

Saussure menerapkan pandangan ini dalam kajian bahasa dengan melihat bahasa sebagai fakta sosial yang ada di luar individu dan berfungsi sebagai sistem kolektif yang disepakati bersama oleh komunitas bahasa.

Dengan pandangan tersebut, Saussure ingin menjadikan linguistik sebagai ilmu yang lebih otonom, yang fokus pada struktur bahasa itu sendiri. 

Pada masa itu, kajian linguistik cenderung historis atau diakronis, yaitu mempelajari perubahan bahasa dari waktu ke waktu. 

Saussure mengusulkan pendekatan sinkronis, yang mempelajari bahasa sebagaimana adanya pada suatu waktu tertentu, tanpa terganggu oleh sejarahnya. 

Untuk mencapai hal ini, ia memisahkan kajian tentang sistem bahasa kolektif (langue) dari kajian tentang penggunaan bahasa individual (parole), sehingga menciptakan dasar yang kokoh untuk linguistik modern.

2.2 Bahasa Sebagai Objek Kajian: Langue vs. Parole

Salah satu sumbangan terbesar Saussure adalah pembedaan antara langue dan parole.

Langue adalah sistem bahasa yang disepakati oleh komunitas penutur. Ini mencakup aturan, tata bahasa, dan kosakata yang menjadi “hukum” bersama bagi semua pengguna bahasa. 

Langue adalah bagian kolektif dari bahasa, yang bersifat abstrak dan berada di luar individu. 

Misalnya, tata bahasa dan arti kata dalam suatu bahasa adalah bagian dari langue yang harus dipelajari dan dipahami oleh setiap anggota masyarakat bahasa.

Parole, di sisi lain, adalah realisasi individual dari langue. Ini adalah bagaimana seseorang menggunakan bahasa dalam konteks nyata, seperti berbicara, menulis, atau berkomunikasi dalam situasi tertentu. 

Parole bersifat konkret, bervariasi, dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti emosi, situasi, atau tujuan komunikasi. 

Misalnya, cara seseorang menyusun kalimat saat berbicara santai berbeda dengan saat berbicara formal, meskipun keduanya tetap mengacu pada sistem langue yang sama.

Pembedaan antara langue dan parole sangat penting dalam memahami bagaimana bahasa bekerja. 

Langue memberikan struktur dan aturan yang memungkinkan komunikasi terjadi, sedangkan parole menunjukkan fleksibilitas dan kreativitas individu dalam menggunakan bahasa. 

Relevansi konsep ini terlihat dalam banyak kajian linguistik modern, mulai dari analisis struktur tata bahasa hingga studi tentang variasi bahasa dalam konteks sosial.

Dengan memisahkan langue dan parole, Saussure memberikan fokus yang jelas pada langue sebagai objek utama kajian linguistik. 

Langkah ini membantu mengangkat linguistik dari sekadar kajian historis menjadi ilmu yang lebih sistematis, yang memungkinkan analisis bahasa secara ilmiah dan terstruktur. 

Konsep ini juga menjadi dasar bagi teori semiotika Saussure yang lebih luas, yang akan dibahas lebih lanjut.

3. Langue sebagai Fokus Studi Linguistik

3.1 Peran Langue dalam Linguistik Sinkronis

Ferdinand de Saussure menekankan pentingnya pendekatan sinkronis dalam linguistik, yaitu kajian bahasa pada suatu waktu tertentu tanpa memperhatikan perubahan historisnya. 

Pendekatan ini lahir dari keinginannya untuk mempelajari bahasa sebagai sistem yang utuh dan konsisten. 

Menurut Saussure, studi diakronis—yang fokus pada evolusi bahasa dari masa ke masa—membuat bahasa sulit dipahami sebagai satu kesatuan karena terlalu banyak memperhatikan detail historis yang fragmentaris.

Dalam pendekatan sinkronis, bahasa dilihat sebagai sistem tanda yang bekerja secara bersamaan pada waktu tertentu. 

Saussure menjadikan langue sebagai objek utama dalam kajian linguistik karena langue adalah sistem kolektif yang mengatur bagaimana komunikasi terjadi. 

Ia menekankan bahwa langue adalah struktur yang stabil dan dapat dipelajari dengan metode yang ilmiah. 

Misalnya, dalam sebuah komunitas bahasa, aturan tata bahasa, struktur kalimat, dan makna kata tertentu adalah bagian dari langue yang tetap konstan pada satu waktu tertentu.

Pendekatan sinkronis memungkinkan para linguis untuk memahami bagaimana elemen-elemen bahasa, seperti fonem, morfem, dan kata, berinteraksi satu sama lain dalam suatu sistem. 

Dengan fokus pada langue, Saussure menciptakan dasar untuk studi bahasa yang sistematis, memungkinkan analisis yang lebih dalam terhadap struktur dan fungsi bahasa tanpa terganggu oleh aspek-aspek historis.

3.2 Langue dan Otonomi Linguistik

Salah satu terobosan besar Saussure adalah upayanya untuk memisahkan linguistik dari pengaruh kajian historis atau diakronis. 

Pada masanya, studi linguistik sangat dipengaruhi oleh pendekatan historis yang berfokus pada evolusi bahasa, seperti perubahan fonetik atau pergeseran makna dari masa lalu ke masa kini. 

Meskipun pendekatan ini memiliki nilai, Saussure merasa bahwa fokus berlebihan pada sejarah membuat linguistik kehilangan identitasnya sebagai disiplin ilmu yang mandiri.

Dengan menjadikan langue sebagai pusat perhatian, Saussure berhasil menunjukkan bahwa bahasa dapat dipelajari sebagai sistem yang memiliki aturan dan pola yang konsisten. 

Langue, sebagai sistem kolektif yang abstrak, menawarkan landasan yang kuat untuk menjadikan linguistik sebagai ilmu otonom yang dapat dianalisis secara sistematis. 

Misalnya, aturan gramatikal dalam bahasa tertentu tidak memerlukan konteks historis untuk dipahami; cukup dengan mempelajari struktur langue pada masa tertentu, seseorang dapat memahami bagaimana bahasa itu bekerja.

Pemisahan ini juga penting karena memungkinkan linguistik berkembang sebagai disiplin ilmu yang lebih ilmiah. 

Dengan fokus pada langue, Saussure memberikan kerangka kerja yang memungkinkan kajian linguistik mengadopsi metode analisis yang logis dan konsisten, sehingga menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam tentang struktur dan fungsi bahasa.

Otonomi linguistik ini juga membuka jalan bagi perkembangan berbagai cabang linguistik modern, seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis, yang semuanya berakar pada pemahaman terhadap langue

Tanpa konsep langue, linguistik mungkin akan tetap terjebak dalam kajian historis yang tidak pernah benar-benar menjelaskan bagaimana bahasa bekerja pada waktu tertentu. 

Oleh karena itu, konsep langue tidak hanya penting untuk memahami bahasa, tetapi juga untuk membangun linguistik sebagai ilmu yang berdiri sendiri dan terstruktur.

4. Dari Langue ke Penanda (Signifier) dan Petanda (Signified)

Langue adalah sistem kolektif yang terdiri atas aturan, norma, dan konvensi yang disepakati oleh masyarakat untuk memberikan struktur pada bahasa.

Dalam langue, unit-unit bahasa seperti kata, frasa, atau kalimat tidak memiliki makna yang berdiri sendiri, tetapi mendapatkan maknanya melalui relasi antarunit dalam sistem itu.

Untuk menjelaskan bagaimana makna itu terbentuk, Saussure memperkenalkan konsep tanda bahasa, yaitu hubungan antara

  • Penanda (signifier): Bentuk fisik dari tanda, seperti bunyi, huruf, atau simbol.
  • Petanda (signified): Konsep atau gambaran mental yang dirujuk oleh penanda.

Dalam langue, tanda bahasa adalah unit dasar yang memungkinkan sistem bahasa berfungsi. 

Tanda-tanda ini diatur oleh aturan dan konvensi yang telah disepakati secara kolektif oleh komunitas bahasa.

Contohnya, dalam langue bahasa Indonesia:

  • Penanda air secara kolektif dipahami sebagai merujuk pada petanda berupa konsep cairan yang biasa digunakan untuk minum.
  • Hubungan antara penanda dan petanda ini tidak bersifat alami, tetapi ditentukan oleh kesepakatan dalam komunitas bahasa.

Penanda dan petanda merupakan bagian dari langue. Penanda sebagai bentuk berarti dalam langue, penanda adalah elemen fisik (bunyi atau tulisan) yang dipahami oleh seluruh anggota komunitas bahasa. 

Tanpa langue, bunyi atau simbol tertentu tidak akan dikenali sebagai bagian dari sistem komunikasi.

Misalnya, bunyi pohon hanya memiliki arti karena komunitas bahasa Indonesia sepakat bahwa bunyi tersebut merujuk pada konsep tertentu.

Petanda merupakan makna kolektif. Petanda dalam langue adalah konsep atau ide yang dipahami secara kolektif oleh komunitas bahasa. Dalam hal ini, petanda tidak ada secara inheren dalam penanda, tetapi diberikan maknanya melalui kesepakatan sosial.

Contohnya, kata matahari memiliki petanda berupa gambaran mental tentang benda langit yang memancarkan cahaya dan panas.

Hubungan antara penanda dan petanda dalam langue bersifat arbitrer (tidak alami). Ini berarti bentuk penanda tidak memiliki hubungan logis atau alamiah dengan konsep yang dirujuknya.

Misalnya, kata house dalam bahasa Inggris dan rumah dalam bahasa Indonesia memiliki petanda yang sama (konsep bangunan tempat tinggal), tetapi bentuk penandanya berbeda karena kesepakatan dalam langue masing-masing.

Namun, meskipun arbitrer, hubungan ini stabil karena diatur oleh langue. Stabilitas ini memungkinkan komunikasi yang konsisten dalam masyarakat.

Langue menyediakan struktur untuk penanda dan petanda. Dalam langue, hubungan antara penanda dan petanda tidak terjadi secara acak, tetapi ditentukan oleh sistem relasi antarunit bahasa.

Contohnya, kata kucing mendapatkan maknanya dalam langue bahasa Indonesia karena berbeda dari anjing, burung, atau ikan

Makna tanda muncul dari posisi tanda itu dalam sistem bahasa yang lebih besar.

Relasi ini menunjukkan bahwa langue adalah sistem yang menyatukan penanda (bentuk) dengan petanda (makna) melalui aturan-aturan yang disepakati bersama.

Dengan memahami langue sebagai sistem yang mengatur hubungan antarunsur bahasa, kita dapat melihat hal-hal berikut.

  • Langue adalah konteks tanda bahasa (penanda dan petanda) diorganisasikan.
  • Tanpa langue, penanda dan petanda tidak akan memiliki hubungan yang dapat dipahami, karena hubungan tersebut bergantung pada konvensi sosial yang ada dalam komunitas bahasa.
  • Tanda bahasa adalah manifestasi dari langue, yang membuat sistem bahasa dapat diakses dan digunakan dalam komunikasi sehari-hari.

Langue menjembatani konsep penanda dan petanda dengan menyediakan sistem yang mengatur hubungan antara bentuk (signifier) dan makna (signified). 

Dalam langue, hubungan ini bersifat arbitrer tetapi diatur oleh aturan kolektif yang memungkinkan tanda bahasa memiliki makna yang konsisten dalam suatu komunitas bahasa. 

Dengan demikian, langue adalah dasar yang memungkinkan tanda bahasa bekerja sebagai alat komunikasi yang efektif.

5. Relevansi Konsep Langue dan Parole dalam Studi Bahasa Modern

5.1 Penerapan Konsep Langue dan Parole dalam Linguistik dan Semiotika Saat Ini

Konsep langue dan parole yang diperkenalkan Ferdinand de Saussure telah menjadi dasar berbagai kajian linguistik dan semiotika modern. 

Pemisahan antara sistem bahasa (langue) dan penggunaan bahasa (parole) memungkinkan peneliti untuk memahami bahasa dalam dua dimensi: sebagai struktur kolektif dan sebagai praktik individual.

Dalam linguistik, konsep langue menjadi fondasi analisis struktural, seperti kajian tata bahasa generatif, fonologi, dan morfologi, yang semuanya berfokus pada aturan dan pola yang berlaku dalam sistem bahasa.

Dalam semiotika, langue menjadi sistem tanda yang memungkinkan analisis terhadap makna di berbagai konteks, termasuk media, budaya, dan seni. 

Sebagai contoh, studi tanda dalam iklan atau film menggunakan prinsip langue untuk memahami bagaimana makna dihasilkan melalui sistem tanda yang disepakati.

Selain itu, konsep parole menjadi penting dalam kajian pragmatik, sosiolinguistik, dan analisis wacana, di mana fokusnya adalah pada bagaimana bahasa digunakan dalam konteks sosial tertentu.

Dalam sosiolinguistik, variasi parole individu membantu menjelaskan fenomena seperti dialek, register, dan gaya bahasa.

Dalam analisis wacana, parole menunjukkan bagaimana ideologi dan kekuasaan tecermin dalam penggunaan bahasa di masyarakat.

5.2 Pengaruh Pemikiran Saussure terhadap Tokoh Lain

Pemikiran Saussure telah memengaruhi banyak tokoh dalam berbagai disiplin ilmu, seperti semiotika, antropologi, dan teori sastra. Dua tokoh utama yang terinspirasi oleh pemikirannya adalah Roland Barthes dan Claude Lévi-Strauss. 

Pemikiran kedua tokoh ini memperluas cakupan teori Saussure, menunjukkan bahwa sistem tanda (langue) tidak hanya terbatas pada bahasa, tetapi juga dapat digunakan untuk memahami budaya, ideologi, dan interaksi sosial.

Roland Barthes

Barthes mengembangkan konsep tanda Saussure dalam kajian semiotika budaya. Ia menunjukkan bagaimana tanda-tanda bahasa (langue) bekerja dalam sistem budaya untuk menghasilkan makna yang lebih kompleks, yang disebut mitos.

Contohnya, dalam bukunya Mythologies, Barthes menganalisis bagaimana objek sehari-hari seperti mobil atau makanan dipenuhi dengan makna budaya yang melampaui fungsi dasarnya.

Claude Lévi-Strauss

Lévi-Strauss menggunakan pendekatan struktural Saussure dalam antropologi untuk menganalisis mitos dan sistem budaya. 

Ia melihat budaya sebagai sistem tanda yang mirip dengan bahasa, di mana setiap elemen mendapatkan maknanya melalui hubungan dengan elemen lainnya.

Dalam karyanya, ia menunjukkan bagaimana struktur narasi dalam mitos mencerminkan langue budaya yang mendasari cara berpikir masyarakat.

5.3 Pentingnya Pemahaman Langue dan Parole untuk Studi Semiotika Modern

Dalam semiotika modern, pemahaman tentang langue dan parole menjadi krusial untuk menganalisis produksi dan konsumsi makna dalam berbagai konteks. 

Berikut beberapa alasan mengapa konsep ini penting.

Analisis Struktur Makna

Langue membantu menganalisis bagaimana tanda-tanda membentuk sistem yang menghasilkan makna. Hal ini penting dalam memahami teks, iklan, media, dan komunikasi digital di era modern.

Contohnya, dalam iklan, setiap elemen visual (gambar, warna, tipografi) adalah bagian dari langue yang menghasilkan makna secara kolektif.

Konteks dan Variasi Penggunaan Tanda

Parole memberikan wawasan tentang bagaimana tanda-tanda digunakan dan dimodifikasi dalam situasi tertentu. 

Ini relevan dalam studi media sosial, di mana pengguna sering kali memanipulasi bahasa dan simbol untuk menciptakan makna baru.

Contoh: Penggunaan meme atau emoji adalah bentuk parole yang mencerminkan kreativitas individu dalam menggunakan tanda.

Interdisipliner dan Adaptabilitas

Pemikiran Saussure memungkinkan semiotika diterapkan secara lintas disiplin, seperti dalam studi komunikasi, seni, desain, dan teknologi. 

Dengan memahami langue sebagai struktur dan parole sebagai praktik, semiotika dapat menjelaskan bagaimana makna dibangun dalam dunia yang semakin kompleks.

Konsep langue dan parole terus relevan dalam studi bahasa dan semiotika modern. 

Dengan memahami hubungan antara sistem kolektif (langue) dan penggunaan individual (parole), kita dapat menganalisis bagaimana bahasa dan tanda bekerja dalam berbagai konteks, mulai dari struktur bahasa hingga produksi makna dalam budaya modern. 

Pemikiran Saussure telah menjadi landasan penting untuk memahami komunikasi, budaya, dan interaksi manusia, menjadikannya salah satu sumbangan intelektual terbesar dalam sejarah linguistik dan semiotika.

6. Rangkuman: Langue sebagai Fondasi Strukturalisme

Konsep langue dan parole yang diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure merupakan dasar penting dalam studi linguistik dan semiotika modern. 

Langue mengacu pada sistem bahasa yang disepakati oleh komunitas penutur, mencakup aturan-aturan kolektif seperti tata bahasa, kosakata, dan konvensi makna. 

Sementara itu, parole adalah realisasi individu dari bahasa dalam bentuk penggunaan konkret dalam komunikasi sehari-hari. 

Dengan memahami perbedaan antara keduanya, kita dapat melihat bagaimana bahasa bekerja sebagai sistem yang terstruktur sekaligus fleksibel dalam praktik sosial.

Sebagai sistem yang mengatur tanda-tanda bahasa, langue menjadi fondasi utama dalam kajian linguistik struktural. 

Pemahaman terhadap langue memungkinkan kita untuk menganalisis bagaimana makna dibangun melalui relasi antarunit bahasa, serta bagaimana tanda bahasa terdiri dari penanda (signifier) dan petanda (signified). 

Selain itu, dalam kajian semiotika, konsep ini membantu memahami bagaimana tanda tidak hanya digunakan dalam bahasa verbal, tetapi juga dalam komunikasi visual, budaya, dan media.

Pemikiran Saussure telah menjadi titik tolak bagi berbagai teori dalam linguistik, semiotika, dan bahkan bidang ilmu lain seperti antropologi dan studi media. 

Oleh karena itu, bagi siapa pun yang ingin memahami lebih dalam tentang bagaimana bahasa bekerja, mempelajari konsep langue dan parole adalah langkah awal yang sangat penting.

Eksplorasi lebih jauh terhadap pemikiran Saussure tidak hanya akan memberikan wawasan tentang struktur bahasa, tetapi juga membuka pemahaman yang lebih luas tentang bagaimana tanda dan makna bekerja dalam berbagai aspek kehidupan. 

Dalam linguistik, semiotika, atau kajian komunikasi, pemikiran Saussure menawarkan perspektif yang kaya untuk dipelajari lebih lanjut.

Penulis: Sony Christian Sudarsono | Editor: Benedikta Haryanti | Gambar: Freepik

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *