Kata implikatur diserap dari kata implicature dalam bahasa Inggris. Kata implicature sendiri berakar dari bentuk in- ‘di/ke dalam’ dan plicare ‘melipat’ atau ‘membungkus’ dalam bahasa Latin.
Implikatur merupakan implikasi dari tuturan yang tertutur. Implikatur berupa simpulan logis dari suatu tuturan. Implikatur dipahami secara bersama-sama antara penutur dan mitra tutur dalam konteks tertentu supaya tujuan tutur dapat terlaksana. Implikatur dilambangkan dengan +>.
Ada dua jenis implikatur. Implikatur pertama disebut implikatur percakapan. Implikatur kedua disebut implikatur konvensional. Hal yang membedakan keduanya adalah cara memahaminya. Implikatur percakapan baru bisa dipahami jika berada dalam wacana percakapan. Sementara itu, implikatur konvensional tidak harus berada dalam percakapan.
Implikatur percakapan dapat dibagi menjadi dua, yaitu implikatur percakapan umum dan implikatur percakapan khusus. Implikatur percakapan umum adalah implikatur dalam dialog yang dapat dipahami tanpa melihat konteks percakapan. Perhatikan contoh berikut.
(a) Charlie : Saya berharap kamu membawakan saya roti dan keju.
Doni : Ah, saya hanya membawa roti.
+> Doni tidak membawa keju.
Dalam dialog (a) di atas, Charlie mengharapkan roti dan keju dibawakan oleh Doni. Namun, Doni menjawab bahwa ia hanya membawa roti. Artinya secara tidak langsung, Doni tidak membawa keju untuk Charlie. Tanpa harus memahami konteks situasi antara Charlie dan Doni, implikatur dari dialog di atas dapat dipahami.
(b) Deby : Apakah kamu mengundang Billa dan Ani?
Cika : Aku mengundang Billa saja.
+> Cika tidak mengundang Ani.
Dalam dialog (b) di atas, Deby menanyakan apakah Cika mengundang Billa dan Ani. Namun, Cika menjawab bahwa ia hanya mengundang Billa saja. Artinya, Cika tidak mengundang Ani. Sama seperti contoh (a) di atas, tanpa harus memahami konteks situasi antara Deby dan Cika, implikatur dari dialog di atas dapat dipahami.
Implikatur percakapan khusus merupakan implikatur dalam dialog yang baru bisa dipahami setelah mengetahui konteks percakapan tersebut.
(c) Tuti : Budi di mana, Ton?
Anton : Cico di kantin.
+> Budi (mungkin) di kantin juga karena di mana ada Cico, (biasanya) di situ ada Budi juga.
Berbeda dengan contoh (a) dan (b) di atas, implikatur dari tuturan Anton di atas baru bisa dipahami jika penafsir memahami konteks situasi. Misalnya, konteksnya adalah Cico dan Budi selalu bersama.
(d) Luki : Awas Rocky datang!
Kemal : Sembunyikan rokok kalian!
+> Rocky akan meminta rokok kalian.
Sekilas tidak ada hubungan antara tuturan Luki dan Kemal pada contoh (d) di atas. Namun, jika konteks tentang Rocky diketahui, ada implikatur yang dapat disimpulkan, yaitu Rocky suka meminta rokok orang lain dan itu tidak disukai oleh baik Luki maupun Kemal serta teman-teman yang lain.
(e) Charlie : Kamu dan anakmu mau ke mana?
Doni : Ke er es.
+> Doni mau ke rumah sakit. Anak Doni tidak akan mau diajak pergi jika ia tahu akan dibawa ke rumah sakit (RS).
Jawaban Doni dalam dialog (e) di atas tidak begitu jelas. Akan lebih jelas jika Doni langsung mengatakan bahwa dia mau ke rumah sakit. Namun, Doni sengaja menyamarkan jawabannya dengan mengatakan tujuan perginya dengan mengeja singkatan dari rumah sakit, yaitu er dan es (RS). Mengapa Doni melakukan hal tersebut. Mungkin anak Doni tidak akan mau diajak pergi jika ia tahu akan dibawa ke rumah sakit. Oleh karena itu, Doni menjawab pertanyaan Charlie secara tidak langsung.
(f) Deby : Vegetarian itu makan hamburger nggak ya?
Cika : Apakah ayam punya bibir?
+> Vegetarian tidak makan hamburger.
Terkadang, menyatakan implikatur bisa dengan pertanyaan retoris seperti dalam tuturan (f) di atas. Deby bertanya kepada Cika apakah seorang vegatarian memakan hamburger. Padahal semua orang tahu bahwa hamburger mengandung daging. Menyadari bahwa pertanyaan Deby adalah pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu ditanyakan, Cika akhirnya menjawab dengan pertanyaan retoris bahwa apakah ayam punya bibir yang artinya ‘tidak’.
Implikatur konvensional adalah implikatur yang dapat dipahami dari makna satuan gramatikal, bukan dari percakapan. Misalnya:
(g) Tarigan orang Batak, tetapi tidak pandai bernyanyi.
+> Orang Batak biasanya pandai bernyanyi.
Contoh tuturan (g) di atas terdapat dua proposisi yang dipertentangkan, yaitu tentang status Tarigan sebagai orang Batak dan fakta bahwa Tarigan tidak pandai bernyanyi. Dua proposisi di atas sekilas tidak ada hubungannya. Namun, ketika dua hal tersebut disandingkan dan diperbandingkan secara paradoksal, baru bisa disimpulkan bahwa ada stereotip orang Batak biasanya pandai bernyanyi.
(h) Meskipun kuliah di Fakultas Sastra, Wawan tidak bisa menulis puisi.
+> Mahasiswa Sastra (seharusnya) bisa menulis puisi.
Hampir sama dengan tuturan (g), dalam tuturan (h) terkandung sebuah stigma bahwa mahasiswa sastra selayaknya bisa membuat sebuah puisi. Wawan adalah mahasiswa sastra maka seharusnya dia bisa mengarang sebuah puisi.
(i) Paul tidak kaya raya, tetapi dia bahagia.
+> Orang yang tidak kaya tidak bahagia.
Dalam tuturan (i) terdapat dua proposisi yang dibandingkan. Proposisi tersebut berkaitan dengan keadaan finansial dan perasaan Paul. Setelah diperbandingkan, didapatkan sebuah implikatur atau prasangka bahwa orang yang tidak kaya tidak bahagia.
Entailmen
Berbeda dengan implikatur yang merupakan konsekuensi logis dari sebuah tuturan, entailmen adalah konsekuensi mutlak atas suatu tuturan. Tanda ||- merupakan lambang dari entailmen. Misalnya contoh berikut.
(j) Kain membunuh Habel.
||- Habel mati.
(k) Maman tiba di Jakarta.
||- Maman sampai di suatu tempat.
(l) Puput membeli rumah.
||- Puput mempunyai rumah.
Dalam tuturan (j), (k), dan (l) terdapat tiga kata kerja yang membawa konsekuensi mutlak, yaitu membunuh, tiba, dan membeli. Konsekuensi mutlak dari membunuh adalah objeknya mati. Konsekuensi mutlak dari tiba adalah subjeknya sampai di suatu tempat. Konsekuensi mutlak dari membeli adalah subjeknya memiliki objek yang dibeli.
Praanggapan, Implikatur, dan Entailmen
Sebelumnya, sudah dibahas pengertian dan jenis-jenis praanggapan. Dari penjelasan tentang praanggapan, implikatur, dan entalimen secara umum dapat disimpulkan beberapa hal berikut. Praanggapan berfokus pada keyakinan penutur. Mengidentifikasi sebuah praanggapan artinya “menebak” apa yang dipercaya penutur sehingga dia menuturkan tuturannya. Jika praanggapan yang ditebak tadi ternyata tidak ada, tuturan si penutur pun menjadi tidak dapat dinilai benar/salahnya. Implikatur merupakan kesimpulan logis dari tuturan. Sebuah implikatur yang disimpulkan bisa jadi keliru karena itu memang hanya berupa interpretasi. Sementara itu, entailmen merupakan konsekuensi mutlak dari sebuah tuturan. Entailmen merupakan dampak yang seharusnya terjadi atas pihak-pihak yang disebutkan dalam tuturan.
Penulis: Sony Christian Sudarsono | Editor: Benedikta Haryanti