Bahasa sebagai objek kajian linguistik bersifat abstrak. Orang tidak bisa menunjukkan secara nyata seperti apa bahasa itu. Yang sebenarnya ditunjukkan sebagai bahasa adalah wujud konkretnya, yaitu satuan kebahasaan atau satuan lingual. Dr. Sudaryanto dalam bukunya Linguistik: Identitasnya, Cara Penanganan Objeknya, dan Hasil Kajiannya menyebutnya dengan eksponen bahasa.
Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, guru besar di Program Studi Sastra Indonesia USD, dalam beberapa bukunya menyebut ada sepuluh satuan kebahasaan yang selama ini dikenal. Kesepuluh itu adalah fona, fonem, silabel, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Daftar tersebut diurutkan mulai dari satuan terkecil ke satuan terbesar.
Satuan kebahasaan bermakna dan belum bermakna
Sepuluh satuan kebahasaan tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu satuan fonologis (yang belum memiliki makna) dan satuan gramatikal (yang sudah memiliki makna). Fona, fonem, dan silabel termasuk dalam satuan fonologis, sementara tujuh yang lain termasuk satuan gramatikal.
Fona
Fona merupakan satuan kebahasaan terkecil berupa bunyi bahasa. Bunyi bahasa dihasilkan oleh alat ucap manusia yang normal organ wicaranya dan digunakan dalam situasi yang wajar. Fona ditranskripsikan dengan tanda […].
Secara umum, fona dapat dibagi menjadi dua, yaitu vokal dan konsonan. Vokal adalah bunyi bahasa yg dihasilkan dg arus udara yang tidak mengalami rintangan di salah satu organ wicara. Konsonan adalah bunyi bahasa yg dihasilkan dg arus udara mendapatkan rintangan atau halangan.
Fonem
Fonem adalah bunyi yang berpotensi membedakan makna. Fonem dapat diidentifikasi dengan pasangan minimal yang adalah dua buah kata yang memiliki satu bunyi yang berbeda. Misalnya, [karam] dengan [garam], [tari] dengan [dari], dll. Fonem pada setiap bahasa tidak selalu sama. Bisa jadi, di bahasa X, fona [r] dan [l] adalah dua fonem yang berbeda, tetapi di bahasa Y, keduanya adalah fonem yang sama. Fonem ditranskripsikan dengan tanda /…/.
Silabel
Silabel atau suku kata adalah satuan kebahasaan yang terdiri atas satu fonem atau lebih yang memiliki satu puncak kenyaringan. Oleh karena itu, silabel disebut juga satuan ritmis terkecil. Silabel terdiri atas unsur onset, puncak, dan koda. Unsur puncak selalu ada dalam silabel dan lazimnya diisi oleh bunyi vokal.
Morfem
Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang artinya tidak dapat diuraikan lagi menjadi satuan bermakna yang lebih kecil. Morfem memiliki fungsi sebagai unsur langsung pembentuk kata.
Ada dua jenis morfem dalam pembentukan kata, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri atau dengan kata lain langsung dapat berubah menjadi kata tanpa bertemu morfem lain terlebih dahulu. Misalnya, {tidur}, {lari}, dan {meja}.
Sementara itu, morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri. Morfem terikat harus bersenyawa dengan morfem lain terlebih dahulu untuk menjadi sebuah kata. Morfem terikat dapat berupa imbuhan, klitik, morfem unik, partikel, dan pokok kata.
Kata
Kata adalah satuan bebas terkecil. Kata merupakan satuan gramatikal yang terdiri atas satu morfem atau lebih yang dapat menjadi unsur langsung pembentuk frasa, klausa, dan kalimat. Kata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kata monomorfemik (terdiri atas satu morfem) dan kata polimorfemik (terdiri atas dua morfem atau lebih). Contoh kata monomorfemik antara lain duduk, kaki, dan hijau, sedangkan contoh kata polimorfemik antara lain menduduki, berkaki, dan penghijauan.
Frasa
Frasa adalah gabungan kata yang tidak melebihi batas fungsi atau hanya menduduki satu fungsi saja dalam kalimat. Frasa merupakan gabungan kata yang tidak bersifat predikatif. Misalnya, kalimat Ayah saya sedang memperbaiki sepeda lama di teras rumah terdiri atas empat frasa, yaitu ayah saya, sedang memperbaiki, sepeda lama, dan di teras rumah, yang secara berurutan menduduki fungsi subjek, predikat, objek dan keterangan.
Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang bersifat predikatif. Maksudnya, klausa memiliki predikat sebagai unsur intinya. Klausa disebut juga satuan gramatikal yang berpotensi menjadi kalimat karena klausa merupakan unsur langsung pembentuk kalimat. Kalimat dalam contoh tentang frasa di atas merupakan kalimat yang terdiri atas satu klausa karena hanya memiliki satu predikat.
Kalimat
Kalimat adalah satuan gramtikal yang memiliki satu pikiran utuh yang dalam ragam lisan diucapkan dengan lagu akhir turun atau naik dan dalam ragam tertulis diakhiri dengan tanda titik atau tanda tanya atau tanda seru. Kalimat dapat terdiri atas satu klausa atau lebih, bahkan bisa saja tidak berklausa seperti kalimat fatis Selamat pagi, Halo Kak, dan Aduh!.
Paragraf
Paragraf biasanya merupakan bagian dari karangan utuh yang terdiri atas dua kalimat atau lebih yang menyatakan satu gagasan pokok. Paragraf terdiri atas unsur satu ide pokok, kohesi (kesatuan bentuk), dan koherensi (kesatuan arti). Paragraf juga terdiri atas kalimat utama dan kalimat pengembang. Sering kali paragraf dilengkapi dengan kalimat penegas.
Wacana
Wacana adalah satuan gramatikal terbesar. Wacana terwujud dalam artikel, karangan, buku, kitab, pidato, ceramah, dialog, percakapan dan penggunaan bahasa lain yang kompleks. Wacana yang dimaksud di sini berbeda dengan arti wacana dalam kalimat, “Ah, paling itu hanya akan menjadi wacana.”
Penulis: Sony Christian Sudarsono | Editor: Benedikta Haryanti | Gambar: Freepik