Bahasa adalah salah satu bentuk tanda yang paling kompleks dan penting dalam kehidupan manusia. Tidak hanya sebagai alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai sistem tanda yang memungkinkan manusia merepresentasikan berbagai konsep, emosi, dan ide.
Baca juga: Apa Itu Bahasa? Inilah Pengertian Bahasa
Melalui tanda bahasa, manusia dapat mengungkapkan pikiran dan menafsirkannya dengan kesepahaman bersama. Artikel ini akan membahas bahasa sebagai bentuk tanda yang memenuhi tiga ciri utama: representatif, interpretatif, dan konvensional.
Hakikat dan Ciri-ciri Tanda
Tanda, secara sederhana, adalah sesuatu yang menyatakan atau mewakili hal lain. Tanda ini bisa berupa objek, gerakan, atau simbol, yang mengarah kepada makna tertentu.
Contoh sehari-hari dapat membantu menjelaskan ini antara lain
- kacamata yang dikenakan seseorang menandakan bahwa ia mungkin memiliki masalah penglihatan;
- lampu merah di persimpangan jalan menunjukkan perintah agar pengendara berhenti;
- suara perut keroncongan menandakan seseorang mungkin merasa lapar.
Tanda tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat karena adanya pemahaman bersama mengenai arti atau makna yang disimbolkannya.
Namun, penting untuk diingat bahwa tanda tidak sama dengan makna yang diwakilinya. Misalnya, kacamata bukanlah masalah penglihatan, lampu merah bukan perintah berhenti itu sendiri, dan suara perut keroncongan bukanlah rasa lapar. Ketiga hal tersebut hanya menunjukkan atau merepresentasikan kondisi tertentu.
Dalam kajian semiotika, tanda memiliki tiga ciri utama yang membuatnya dapat dikenali dan dipahami sebagai representasi sesuatu, yaitu:
- Representatif – Tanda mampu mewakili atau menyatakan hal lain.
- Interpretatif – Tanda dapat ditafsirkan atau dipahami oleh orang lain.
- Konvensional – Tanda didasarkan pada kesepakatan bersama di antara masyarakat penggunanya.
Bahasa, sebagai bentuk tanda verbal, memenuhi ketiga ciri di atas. Mari kita bahas lebih mendalam mengenai bagaimana ketiga ciri ini terpenuhi dalam bahasa.
Bahasa Itu Representatif
Salah satu ciri mendasar dari bahasa adalah sifatnya yang representatif. Bahasa mampu mewakili suatu objek, konsep, atau keadaan yang ada dalam pikiran manusia. Kata-kata yang kita gunakan dalam bahasa sehari-hari adalah deretan bunyi yang memiliki makna tertentu dan mewakili sesuatu.
Misalnya, kata pohon atau deret bunyi [pɔhɔn] mewakili konsep tentang tumbuhan yang berbatang keras dan besar. Begitu pula, kata meja yang diwakili oleh deret bunyi [meja] mewakili konsep benda yang memiliki permukaan datar dan kaki penyangga.
Dalam proses representasi ini, bahasa berfungsi sebagai penghubung antara simbol bunyi atau tulisan dan makna yang ada di balik simbol tersebut. Dalam semiotika, hal ini dikenal sebagai hubungan antara penanda (signifier) dan petanda (signified).
Penanda adalah simbol fisik, seperti bunyi atau tulisan, sedangkan petanda adalah konsep atau makna yang diwakili oleh penanda tersebut. Kata pohon sebagai penanda, misalnya, merujuk pada petanda berupa konsep pohon dalam benak kita.
Bahasa Itu Interpretatif
Bahasa tidak hanya mewakili sesuatu tetapi juga harus dapat ditafsirkan oleh orang lain agar komunikatif. Dalam hal ini, bahasa bersifat interpretatif karena memungkinkan orang untuk memahami atau menafsirkan pesan yang disampaikan. Sifat interpretatif ini memungkinkan bahasa menjadi alat komunikasi yang efektif.
Contohnya, kata pohon atau meja dapat dipahami oleh penutur bahasa Indonesia sebagai konsep dari objek tertentu karena masyarakat pengguna bahasa ini sudah menyepakati makna dari kata-kata tersebut.
Namun, jika seseorang mengucapkan deret bunyi acak seperti [smaləndəp] yang tidak memiliki makna dalam bahasa Indonesia, maka deret bunyi ini tidak akan dipahami sebagai tanda. Ia tidak memiliki makna yang dapat ditafsirkan dan, oleh karena itu, tidak berfungsi sebagai tanda bahasa.
Proses interpretasi ini melibatkan kemampuan kita untuk mengenali makna di balik deret bunyi atau tulisan. Tanpa adanya makna yang dapat diinterpretasi, sebuah tanda bahasa menjadi tidak berarti. Oleh karena itu, sifat interpretatif sangat penting agar bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang efektif.
Bahasa Itu Konvensional
Bahasa adalah sistem konvensional yang didasarkan pada kesepakatan bersama. Sifat konvensional ini berarti bahwa tanda-tanda bahasa hanya dapat dipahami jika masyarakat penggunanya sepakat mengenai makna dari tanda tersebut.
Sebagai contoh, masyarakat Indonesia secara bersama-sama telah menyepakati bahwa deret bunyi [pɔhɔn] merujuk pada makna ‘tumbuhan berbatang keras dan besar’.
Kesepakatan inilah yang memungkinkan orang untuk berkomunikasi dengan lancar karena masing-masing pihak memahami kode atau simbol yang digunakan.
Tanpa adanya kesepakatan, suatu tanda bahasa tidak akan dapat berfungsi secara komunal. Misalnya, meskipun seseorang mungkin menciptakan kata baru, kata tersebut tidak akan memiliki makna yang dapat dimengerti kecuali masyarakat pengguna bahasa tersebut sepakat mengenai makna yang diwakilinya.
Hal ini menjadikan bahasa sebagai entitas sosial yang hanya dapat berfungsi dalam konteks interaksi masyarakat.
Bahasa sebagai Sistem Tanda yang Unik
Setelah memahami ketiga ciri utama bahasa sebagai tanda—representatif, interpretatif, dan konvensional—kita dapat melihat bahwa bahasa adalah sistem tanda yang unik.
Sementara tanda-tanda lain, seperti lampu lalu lintas atau suara keroncongan, juga bersifat representatif dan interpretatif, bahasa memiliki kompleksitas dan fleksibilitas yang jauh lebih tinggi.
Bahasa memungkinkan manusia untuk menggambarkan pengalaman, menyampaikan emosi, bahkan membicarakan konsep-konsep abstrak yang tidak tampak secara langsung.
Bahasa sebagai sistem tanda juga memiliki aturan-aturan gramatikal dan tata bahasa yang mengatur bagaimana tanda-tanda ini digunakan secara logis dan konsisten.
Dengan demikian, bahasa tidak hanya sekadar kumpulan tanda, melainkan sebuah sistem yang terstruktur, yang menghubungkan bunyi dan makna melalui konvensi bersama.
Oleh karena itu, bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga alat pemikiran yang memungkinkan manusia untuk merumuskan gagasan kompleks dan menyampaikannya kepada orang lain.
Bahasa, Tanda, dan Manusia
Jika pernah menonton film Bollywood PK (2014) yang dibintangi oleh Aamir Khan, Anda akan tahu bahwa film ini lebih dari sekadar hiburan.
PK menceritakan kisah alien yang datang ke bumi dan harus memahami cara-cara manusia untuk bisa berinteraksi dan bertahan hidup. Sebagai makhluk dari planet lain, PK terbiasa dengan komunikasi yang berbeda dari manusia Bumi.
Di planet asalnya, PK dan teman-temannya tidak perlu berbicara atau menulis untuk berkomunikasi; mereka berkomunikasi langsung dari pikiran ke pikiran dengan cara berpegangan tangan, mirip seperti telepati.
Namun, di Bumi, ia harus berhadapan dengan berbagai tanda dan simbol, mulai dari bahasa, isyarat, hingga norma sosial yang semuanya asing baginya.
Pengalaman PK yang kebingungan memaknai dunia di bumi mencerminkan betapa pentingnya tanda dalam kehidupan manusia.
Manusia disebut sebagai homo loquens (makhluk yang berbicara), animal symbolicum (makhluk yang menciptakan simbol), dan homo semioticus (makhluk yang menggunakan tanda), karena komunikasi manusia sangat bergantung pada produksi dan penggunaan tanda.
Tidak seperti PK yang bisa langsung “menyambungkan” pikirannya kepada orang lain, manusia membutuhkan perantara berupa tanda untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan gagasannya. Salah satu bentuk tanda yang paling utama dalam kehidupan manusia adalah bahasa.
Menjadi Dasar Linguistik dan Semiotika
Konsep ini mendasari kajian linguistik dan semiotika, yaitu ilmu yang mempelajari tanda dan makna yang diwakilinya. Di Bumi, bahasa adalah sistem tanda yang menghubungkan makna dan konsep tertentu dengan bunyi atau tulisan, memungkinkan manusia menyampaikan pesan satu sama lain.
Jika di dunia PK komunikasi terjadi langsung antara pikiran, di Bumi tanda menjadi penghubung penting antara pikiran seseorang dan penerimanya. Dengan cara ini, tanda menjadi alat vital yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, menjadikan manusia spesial sebagai satu-satunya makhluk yang mampu membuat, memahami, dan menafsirkan simbol secara kompleks.
Melalui artikel ini, kita telah mengkaji bahasa sebagai tanda, yang memiliki tiga ciri penting yang menjadikannya alat komunikasi yang efektif: representatif, interpretatif, dan konvensional. Dengan memahami konsep-konsep ini, kita bisa melihat bahasa tidak hanya sebagai alat bicara, tetapi juga sebagai sistem tanda yang penuh makna dalam kehidupan manusia.
Kesimpulan
Sebagai sebuah tanda, bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan memenuhi sifat-sifat representatif, interpretatif, dan konvensional, bahasa berfungsi sebagai media utama untuk merepresentasikan pikiran, perasaan, dan konsep yang ada di dalam benak manusia.
Melalui sistem tanda bahasa, manusia mampu berkomunikasi secara efisien, menyampaikan gagasan, dan bahkan membangun peradaban melalui pengetahuan yang diwariskan dalam bentuk tulisan.
Pemahaman tentang bahasa sebagai tanda membuka wawasan kita terhadap bagaimana bahasa berperan dalam konteks sosial dan budaya, serta bagaimana bahasa menjadi alat vital dalam kehidupan sehari-hari.
Pemahaman ini dapat menjadi dasar dalam mempelajari lebih lanjut tentang teori bahasa dan semiotika. Akhirnya kita memahami kompleksitas interaksi manusia yang diatur oleh sistem tanda yang disebut bahasa.
Penulis: Sony Christian Sudarsono | Editor: Benedikta Haryanti