morfem

Morfem adalah satuan gramatikal terkecil. Oleh karena itu, morfem tidak dapat diuraikan lagi menjadi satuan bermakna yang lebih kecil lagi.

Dalam linguistik, morfem dikaji dalam morfologi atau cabang linguistik yang menelaah seluk-beluk pembentukan kata. Morfem dilihat sebagai unsur pembentuk kata.

Baca juga: Morfologi dalam Linguistik

Morfem sebagai Satuan Gramatikal Terkecil

Dalam linguistik dikenal 10 satuan lingual atau satuan kebahasaan. Sepuluh satuan tersebut adalah (a) fona, (b) fonem, (c) silabel atau suku kata, (d) morfem, (e) kata, (f) frasa, (g) klausa, (h) kalimat, (i) paragraf, dan (j) wacana.

Baca juga: 10 Satuan Kebahasaan

Berdasarkan keterkandungan makna di dalamnya, sepuluh satuan kebahasaan tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu satuan fonologis dan satuan gramatikal. Satuan fonologis tidak punya makna, sedangkan satuan gramatikal bermakna.

Satuan fonologis meliputi fona, fonem dan silabel. Adapun satuan gramatikal mencakup morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. 

Dengan demikian, morfem adalah satuan gramatikal terkecil. Morfem hanya dapat diuraikan menjadi satuan fonologis. 

Berdasarkan pemahaman di atas, bentuk sepatu dapat dikatakan sebagai sebuah morfem karena tidak dapat diuraikan lagi menjadi satuan bermakna yang lebih kecil. Bentuk sepatu memang dapat diuraikan menjadi tiga silabel, yaitu se-, pa-, dan tu– atau menjadi enam fonem, yaitu /s/, /ə/, /p/, /a/, /t/, dan /u/. 

Silabel dan fonem bukanlah satuan gramatikal karena tidak memiliki makna. Silabel dan fonem (serta fona) termasuk dalam satuan fonologis atau satuan kebahasaan yang tidak memiliki makna.

Morfem Adalah Satuan yang Abstrak

Morfem itu bersifat abstrak. Artinya, morfem tidak digunakan dalam komunikasi verbal yang empiris. 

Morfem merupakan hasil abstraksi ahli bahasa untuk menjembatani silabel dengan kata. Kata tidak semata-mata tersusun atas silabel. Kata merupakan satuan kebahasaan yang dibentuk dari morfem.

Misalnya, kata bersepeda memang tampak tersusun dari silabel [bər], [sə], [pe], dan [da]. Namun, dari keempat silabel tersebut, ada satu yang memiliki ciri berbeda, yaitu [bər]. Silabel [bər] memuat sebuah arti ketika melekat pada bentuk [sepeda]. Sementara itu, tiga silabel yang lain tidak mengandung arti atau makna.

Dengan demikian status [bər], bukanlah silabel karena sebagai satuan fonologis, silabel seharusnya tidak memiliki makna. Bentuk [bər] dalam konteks kata bersepeda adalah morfem. Morfem {ber-} terdiri atas satu silabel, yaitu [bər].

Bagaimana dengan satuan lingual [səpeda]? Bentuk tersebut juga tidak dapat dibagi lagi menjadi satuan bermakna yang lebih kecil. Satuan [səpeda] hanya dapat diuraikan menjadi satuan fonologis (satuan tidak bermakna), yaitu tiga silabel: [sə], [pe], dan [da], atau enam fonem: /s/, /ə/, /p/, /e/, /d/, /a/. Dengan demikian kata sepeda terdiri atas satu morfem {sepeda}.

Jadi, kata bersepeda dapat diuraikan menjadi dua morfem, yaitu {ber-}, dan {sepeda}. Keduanya hanya dapat diuraikan menjadi satuan fonologis karena merupakan satuan gramatikal terkecil.

Jenis Morfem

Dari contoh kata bersepeda yang dapat diuraikan menjadi morfem {ber-} dan {sepeda}, tampak bahwa ada morfem yang langsung dapat berubah status menjadi kata, yaitu morfem {sepeda}. Sementara itu, morfem {ber-} harus menyatu atau bersenyawa dengan morfem lain terlebih dahulu untuk membentuk suatu kata.

Oleh karena itu, morfem dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang dapat berubah status menjadi kata tanpa harus bersenyawa dengan morfem lain terlebih dahulu. Misalnya, {tidur}, {duduk}, {batu}, {meja}, dan {rumah}.

Sementara itu, morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berubah status menjadi kata sebelum bersenyawa dengan morfem lain. Morfem terikat dapat berupa imbuhan, klitik, morfem unik, partikel penegas, dan pokok kata. Misalnya, {juang}, {ber-}, {-ku}, {kerontang}, dan {-kah}.

Pokok Kata

Morfem {juang} harus bersatu dengan morfem lain seperti {ber-} atau {pe-} sehingga menjadi kata berjuang dan pejuang. Morfem seperti {juang} ini dikategorikan sebagai pokok kata, prakata, atau morfem-asal terikat. Contoh lain adalah {temu}, {acu}, dan {henti}. 

Imbuhan

Morfem {ber-} merupakan imbuhan atau afiks. Ini jelas bentuk terikat. Imbuhan harus melekat pada bentuk dasar sehingga membentuk kata jadian.

Klitik

Morfem {-ku} juga merupakan bentuk terikat. Morfem ini berupa klitik. Contoh lain meliputi {ku-}, {kau-}, {-mu}, dan {-nya}.

Morfem Unik

Morfem {kerontang} hanya bisa dipakai bersamaan dengan morfem {kering} sehingga membentuk kata majemuk kering kerontang. Jenis morfem seperti ini disebut sebagai morfem unik. Contoh lain adalah {kuyup}, {gulita}, dan {benderang}.

Partikel Penegas

Morfem {-kah} juga merupakan bentuk terikat. Bentuk ini termasuk dalam partikel penegas. Contoh lain adalah {-lah} dan {-tah}.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *