Apabila mengacu pada tipologi kalimat berdasarkan tata urutan katanya (word order), hanya ada tiga fungsi yang dikenal, yaitu subjek, predikat, dan objek. Namun, dalam bahasa Indonesia dikenal pula fungsi pelengkap yang hadir karena predikat dalam bahasa Indonesia tidak hanya verba aktif transitif.
Predikat yang bisa menghadirkan pelengkap antara lain berupa verba dwitransitif dan verba intransitif. Kalimat yang predikatnya berupa verba intransitif yang mungkin secara gramatikal tidak perlu diikuti unsur kalimat yang lain. Namun, secara semantis predikat tersebut mengharapkan sebuah unsur kalimat untuk melengkapi kesatuan pikiran dalam kalimat.
Pelengkap dapat berupa nomina, verba, adjektiva, dan frasa preposisional. Maknanya pun bermacam-macam. Berikut dipaparkan pola-pola yang memungkinkan munculnya pelengkap.
- Tipe Ber-(an) + Pl
- Tipe Di- + Pl
- Tipe V + O + Pl
- Tipe Kopula + Pl
- Tipe V + di/ke/dari Pl
- Tipe V + pada/akan Pl
- Tipe Ke-an + Pl
- Tipe Ber-kan + Pl
- Tipe Adj + Pl
- Tipe V indrawi + Pl
Berikut dipaparkan juga contoh dari setiap pola kalimat di atas. Bagian yang digaris bawah adalah pelengkap.
(1) a. Adi belajar matematika.
b. Ayah berhenti merokok.
c. Adik bertubuh kecil.
d. Badu berjualan pulsa.
Pada contoh (1a) dan (1d) di atas, pelengkap diisi nomina yang menyatakan makna penderita. Sementara itu pada contoh (1b) pelengkap ditempati verba yang menyatakan tindakan dan pada contoh (1c) pelengkap ditempati adjektiva yang menyatakan keadaan. Keberadaan pelengkap pada contoh (1) di atas melengkapi informasi tentang predikat.
(2) Bola ditendang Cipto.
Contoh (2) di atas berupa kalimat pasif yang dibentuk dari kalimat aktif Cipto menendang bola. Cipto pada contoh (2) di atas merupakan pelengkap yang melengkapi informasi tentang pelaku tindakan menendang.
(3) Ayah membelikan adik sepeda.
Contoh (3) di atas berupa kalimat dengan pola S-P-O-Pel. Artinya, verba yang mengisi fungsi predikat berupa verba dwitransitif. Kata sepeda dapat kalimat di atas merupaka pelengkap karena melengkapi informasi tentang sesuatu yang dibeli (predikat) oleh ayah (subjek).
Apabila kalimat (3) di atas diubah menjadi kalimat pasif, unsur yang berubah fungsi menjadi subjek adalah kata adik karena kata tersebut merupakan objek dan bukan malah sepeda. seperti pada kalimat berikut.
(3a) Adik dibelikan ayah sepeda.
Kata sepeda pada kalimat (3a) di atas tetap mengisi fungsi pelengkap. Sementara itu, kata ayah juga mengisi fungsi pelengkap, tetapi makna yang dinyatakan oleh ayah dan sepeda berbeda.
(4) a. Ir. Soekarno adalah presiden pertama Indonesia.
b. Pancasila merupakan dasar Indonesia.
Kalimat (4) di atas merupakan kalimat nominal berkopula. Ada kopula adalah dan merupakan. Kata atau frasa yang mengikuti kopula merupakan pelengkap karena melengkapi informasi kopula tersebut. Jika kopula dihilangkan, pelengkap dalam kalimat (4) akan menjadi predikat karena memberi penjelasan tentang subjek.
(5) a. Dito tinggal di Yogyakarta.
b. Endah menuju ke Semarang.
c. Fifi berasal dari Solo.
Sekilas pelengkap dalam kalimat (5) di atas seperti keterangan tempat. Namun, sifat dari frasa-frasa preposisional dalam kalimat (5) di atas adalah wajib ada, sementara keterangan sifatnya tidak wajib ada. Jika frasa-frasa preposisional dalam kalimat (5) di atas dihapus, kalimat tersebut tidak akan menjadi utuh karena menyisakan pertanyaan di/ke/dari mana. Perhatikan perbandingan berikut.
(5) d. *Dito tinggal.
e. *Endah menuju.
f. *Fifi berasal.
(6) a. Galih cinta pada pacarnya.
b. Harun tahu akan hal itu.
Pelengkap pada kalimat (6) di atas muncul karena predikatnya berupa verba berpreposisi seperti cinta pada dan tahu akan. Kedua contoh verba tersebut menuntut hadirnya unsur yang melengkapi aktivitas cinta dan tahu.
(7) a. Isti kejatuhan cicak.
b. Joni kedatangan tamu penting.
c. Kiki ketinggalan pesawat.
Predikat berupa verba berimbuhan ke-an seperti kejatuhan, kedatangan, dan ketinggalan perlu dilengkapi dengan pelengkap sehingga jelas sesuatu yang jatuh, orang yang datang, dan sesuatu yang meninggalkan subjek.
(8) a. Indonesia berasaskan Pancasila.
b. Tentara itu bersenjatakan pistol.
Predikat berupa verba berimbuhan ber-kan seperti berasaskan dan bersenjatakan memerlukan nomina yang menyatakan alat yang digunakan sebagai bentuk dasar dalam predikat. Dengan demikian, yang dijadikan alat sebagai asas dan senjata adalah Pancasila dan pistol.
(9) a. Lintang pandai bernyanyi.
b. Maman sulit diatur.
c. Ninik gemar menabung.
(10) a. Pemandangan ini tampak indah.
b. Suaranya terdengar merdu.
c. Hawanya terasa sejuk.
Kalimat berpredikat adjektiva memungkinkan untuk diperluas dengan menambahkan verba sebagai pelengkap seperti pada contoh kalimat (9) di atas. Verba bernyanyi, diatur, dan menabung melengkapi informasi tentang predikat pandai, sulit, dan gemar.
Sebaliknya, kalimat berpredikat verba indrawi menuntut hadirnya unsur berupa adjektiva untuk melengkapi informasi tentang predikat seperti pada contoh kalimat (10) di atas. Adjektiva indah, merdu, dan sejuk melengkapi informasi tentang verba indrawi tampak, terdengar, dan terasa.
Demikianlah pelengkap, unsur kalimat yang hadir karena predikatnya unik.
Penulis: Sony Christian Sudarsono | Editor: Benedikta Haryanti | Gambar: Freepik