Satuan gramatikal berupa kalimat itu bagaikan tata surya yang terdiri atas matahari sebagai pusat dan planet-planet sebagai unsur pendampingnya. Hanya saja, dalam kalimat ada unsur—yang seterusnya akan disebut konstituen—yang wajib dan yang tidak wajib ada.
Konstituen induk kalimat adalah predikat. Pada umumnya, predikat diisi kata/frasa berupa verba. Verba inilah yang menjadi “matahari” dalam “tata surya” kalimat dan karakter verba menentukan jumlah “planet” yang mendampinginya.
Sementara itu, konstituen pendamping predikat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu argumen dan periferal. Argumen adalah konsituen pendamping yang berdasarkan karakter verbanya harus ada, sedangkan periferal adalah konstituen pendamping yang berdasarkan karakter verbanya tidak harus ada.
Dalam analisis kalimat yang umum dikenal, yang menjadi argumen dalam kalimat adalah fungsi subjek, objek dan pelengkap. Sementara itu, yang menjadi periferal meliputi fungsi pelengkap dan keterangan. Pelengkap bisa menjadi argumen atau periferal bergantung pada karakter verbanya.
Berdasarkan jumlah argumen yang mampu dihadirkan, verba dibagi menjadi tiga, yaitu verba bervalensi satu, verba bervalensi dua, dan verba bervalensi tiga. Jumlah valensi menandakan jumlah argumen yang bisa dihadirkan.
Kalimat dengan verba bervalensi satu memiliki struktur subjek-predikat (S-P). Verba yang berkarakter demikian misalnya duduk, tidur, dan berdiri. Contoh kalimatnya menjadi seperti berikut.
(1) Angga duduk.
(2) Bondan tidur.
(3) Cipto berdiri.
Kalimat-kalimat tersebut memang masih dapat diperluas menjadi kalimat-kalimat berikut.
(1a) Angga duduk di depan rumah.
(2a) Bondan tidur di kamar atas.
(3a) Cipto berdiri sejak pagi.
Namun, unsur-unsur tambahan tersebut merupakan periferal karena kehadirannya bersifat manasuka. Ketidakhadirannya tidak membuat kalimat-kalimat di atas menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima.
Kalimat dengan verba bervalensi dua memiliki struktur subjek-predikat-objek (S-P-O) dan subjek-predikat-pelengkap (S-P-PEL). Verba yang berkarakter demikian misalnya membeli, menjual, mencium, dan bersenjatakan. Contoh kalimatnya menjadi seperti berikut.
(4) Didu membeli mobil. (S-P-O)
(5) Ernest menjual ginjal. (S-P-O)
(6) Fika mencium tangan ibunya. (S-P-O)
(7) Gogon bersenjatakan pedang. (S-P-PEL)
Kalimat-kalimat tersebut memang masih dapat diperluas dengan hadirnya konstituen keterangan (K). Namun, ketidakhadiran K tidak membuat kalimat-kalimat di atas menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima.
Kalimat dengan verba bervalensi tiga memiliki struktur subjek-predikat-objek-pelengkap (S-P-O-PEL). Verba yang berkarakter demikian misalnya membelikan dan mengajarkan. Contoh kalimatnya menjadi seperti berikut.
(8) Husna membelikan adiknya boneka.
(9) Ida mengajari temannya matematika.
Penulis: Sony Christian Sudarsono | Editor: Benedikta Haryanti | Gambar: Freepik