Students learning foreign language with vocabulary

Students learning foreign language with vocabulary. Tiny people reading grammar book. Flat vector illustration for abc book, literature class, knowledge concept

Struktur kalimat dasar dalam bahasa Indonesia itu bagaikan tata surya yang terdiri atas matahari sebagai pusat dan planet-planet sebagai unsur pendampingnya. Hanya saja, dalam kalimat ada unsur—yang seterusnya akan disebut konstituen—yang wajib dan yang tidak wajib ada.

Konstituen Inti dan Konstituen Pendamping

Konstituen inti kalimat adalah predikat. Pada umumnya, predikat diisi kata/frasa berupa verba. Verba inilah yang menjadi “matahari” dalam “tata surya” kalimat dan karakter verba menentukan jumlah “planet” yang mendampinginya.

Sementara itu, konstituen pendamping predikat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu argumen dan periferal. Argumen adalah konsituen pendamping yang berdasarkan karakter verbanya harus ada, sedangkan periferal adalah konstituen pendamping yang berdasarkan karakter verbanya tidak harus ada.

Dalam analisis kalimat berdasarkan struktur fungsinya, yang menjadi argumen dalam kalimat adalah fungsi subjek, objek dan pelengkap. Sementara itu yang menjadi periferal meliputi fungsi pelengkap dan keterangan. Pelengkap bisa menjadi argumen atau periferal bergantung pada karakter verbanya.

Berdasarkan jumlah argumen yang mampu dihadirkan, verba dibagi menjadi tiga, yaitu verba bervalensi satu, verba bervalensi dua, dan verba bervalensi tiga. Jumlah valensi menandakan jumlah argumen yang bisa dihadirkan.

Predikat, Subjek, Objek, Pelengkap, dan Keterangan

Predikat adalah inti pemberitaan yang sebenarnya. Predikat merupakan bagian kalimat yang memberi penjelasan tentang subjek. Predikat dapat berupa verba, adjektiva, nomina, numeralia, dan frasa preposisional.

Subjek merupakan unsur dalam kalimat yang memuat informasi tentang sesuatu yang dibicarakan. Subjek merupakan unsur kalimat yang tentangnya diberitakan sesuatu. Subjek dapat berupa nomina, verba, adjektiva, numeralia, dan klausa.

Objek adalah unsur kalimat yang hadir karena predikatnya berupa verba aktif transitif. Objek merupakan unsur yang dikenai perbuatan yang dinyatakan dalam predikat. Objek dapat menjadi subjek ketika kalimatnya dipasifkan. Objek dapat berupa nomina dan klausa.

Pelengkap merupakan unsur kalimat yang hadir untuk melengkapi informasi tentang predikat. Pelengkap tidak dapat menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Verba yang dapat menghadirkan pelengkap dalam kalimat adalah verba intransitif yang mungkin secara gramatikal tidak perlu diikuti unsur kalimat lain, namun secara semantis mengharapkan sebuah unsur kalimat untuk melengkapi kesatuan pikiran dalam kalimat.

Keterangan adalah unsur kalimat yang memberi informasi tambahan. Keterangan bersifat opsional, boleh ada dan tidak. Posisinya bisa dipindah-pindah, bisa di awal kalimat, antara subjek dan predikat, dan akhir kalimat.

Pola Kalimat Dasar Berdasarkan Fungsinya

Berdasarkan struktur fungsinya, kalimat dasar dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi empat pola, yaitu S-P, S-P-O, S-P-PEL, dan S-P-O-PEL. Berikut dipaparkan penjelasan setiap pola.

Pola S-P

Pola S-P dibentuk oleh klausa berpredikat verba intransitif bervalensi satu atau verba intransitif tak berpelengkap, seperti mandi, tidur, dan duduk. Adapun verba intransitif berpelengkap manasuka juga dapat membentuk klausa berpola S-P seperti belajar, berlatih, dan berdagang. Verba semitransitif juga bisa membentuk klausa berpola S-P, seperti makan dan minum. Selain berupa verba, predikat pada klausa berpola S-P juga bisa berupa adjektiva, nomina, numeralia, dan frasa preposisional.

  1. Ayah sedang tidur.
  2. Deden akan belajar.
  3. Budi makan.
  4. Gadis itu cantik.
  5. Markus seorang guru.
  6. Istri petani itu dua.
  7. Ibu di dapur.

Pola S-P-O

Pola S-P-O dibentuk oleh klausa berpredikat verba ekatransitif seperti mencium dan membubarkan, dan membangun, atau verba semitransitif seperti makan dan minum.

  • Joko mencium kening istrinya.
  • Polisi membubarkan demonstrasi.
  • Pak Chico membangun rumah.
  • Bu Reni minum teh.

Pola S-P-PEL

Pola S-P-PEL dibentuk oleh klausa berpredikat verba intransitif berpelengkap manasuka seperti belajar dan berlatih, maupun verba intransitif berpelengkap wajib seperti berasaskan, bersenjatakan, kejatuhan, kedatangan, tampak, terdengar, tinggal, dan berasal. Selain itu, klausa berpredikat verba ekuatif juga mampu membentuk klausa berpola S-P-Pel seperti adalah, ialah, merupakan, dan menjadi. Pola S-P-Pel juga terbentuk melalui struktur verba berderet seperti berhenti merokok maupun adjektiva-verba seperti pandai bernyanyi. Contoh lebih lengkap dapat dilihat kembali dalam pembahasan tentang fungsi pelengkap pada bab selanjutnya.

  1. Rumah kami kedatangan tamu penting.
  2. Doni belajar matematika.
  3. Polisi itu bersenjatakan pistol.
  4. Tita tinggal di Yogyakarta.
  5. Rico adalah mahasiswa USD.

Pola S-P-O-PEL

Pola S-P-O-PEL terbentuk dari klausa berpredikat verba transitif berpelengkap seperti membelikan dan mengirimi.

  1. Bono membelikan Santi sepeda.
  2. Vino mengirimi Vina surat cinta.

Penulis: Sony Christian Sudarsono | Editor: Benedikta Haryanti | Gambar: Freepik

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *