Sebuah kata terbentuk melalui sebuah proses pembentukan kata atau proses morfologis. Proses morfologis merupakan proses pengubahan sebuah bentuk satuan gramatikal menjadi sebuah kata yang baru atau dalam morfologi disebut kata jadian.
Baca juga: Morfologi dalam Linguistik
Komponen Proses Morfologis
Ada empat komponen yang terlibat dalam proses morfologis yaitu (1) masukan (input), (2) proses (process), (3) luaran (output), dan (4) dampak atau akibat (effect). Masukan adalah bahan-bahan pembentukan kata jadian. Bahan-bahan itu disebut bentuk dasar atau satuan gramatikal yang menjadi dasar pembentukan kata jadian. Dalam pengetahuan umum, orang sering menyebut bentuk dasar sebagai kata dasar. Hal ini kurang tepat karena tidak semua bentuk dasar berupa kata.
Proses merupakan cara pembentukan kata baru tersebut. Luaran merupakan hasil pembentukan kata baru berupa kata jadian. Dampak berkaitan dengan penggunaan kata jadian tersebut dalam satuan kebahasaan yang lebih besar seperti frasa, klausa, dan kalimat. Perhatikan bagan berikut.
Masukan dalam Proses Morfologis
Yang dapat menjadi masukan dalam proses morfologis adalah (a) morfem asal, (b) kata jadian, dan (c) frasa.
Morfem Asal
Morfem asal adalah morfem yang menjadi asal pembentukan kata jadian. Ada dua jenis morfem asal, yaitu yang bebas dan yang terikat. Morfem-asal bebas merupakan morfem yang dapat langsung berubah status menjadi kata monomorfemik, sedangkan morfem-asal terikat tidak bisa.
Contoh morfem-asal bebas antara lain {tidur}, {duduk}, {kasur}, {sofa}, {keras}, dan {nyaman}. Beberapa contoh tersebut dapat langsung menjadi sebuah kata tanpa perlu bersenyawa dengan morfem lain. Perhatikan contoh-contoh kalimat berikut.
- Ali tidur di kasur yang sudah keras.
- Ali pun lebih memilih duduk di sofa yang lebih nyaman.
Dari dua contoh kalimat di atas tampak bahwa ada kata tidur, duduk, kasur, sofa, keras, dan nyaman. Kata-kata tersebut tidak perlu bersenyawa dengan morfem lain untuk dapat dipakai sebagai unsur langsung pembentuk kalimat.
Sementara itu, contoh morfem-asal terikat antara lain {juang}, {acu}, dan {temu}. Keempat contoh tersebut harus bersenyawa dengan morfem lain supaya dapat membentuk sebuah kata. Misalnya, berjuang, mengacu, pertemuan. Perhatikan contoh-contoh kalimat berikut.
- *Berto telah juang.
- Berto telah berjuang.
- *Skripsi ini acu penelitian sebelumnya.
- Skripsi ini mengacu penelitian sebelumnya.
- *Deni mengatur temu untuk membicarakan rencana investasi.
- Deni mengatur pertemuan untuk membicarakan rencana investasi.
Kalimat-kalimat bertanda bintang atau asterik di atas tidak gramatikal karena mengandung bagian yang seharusnya diisi konstituen berstatus kata, tetapi justru berupa morfem-asal terikat.
Kata Jadian
Bentuk dasar bisa berupa kata yang sudah pernah mengalami proses morfologis atau kata jadian. Kata berpakaian, misalnya, dibentuk dari bentuk dasar pakaian yang mengalami pengimbuhan dengan awalan ber-. Perhatikan gambar berikut.
Frasa
Satuan kebahasaan di atas kata pun bisa menjadi bentuk dasar dalam proses morfologis, yaitu frasa. Misalnya, kata ketidakadilan merupakan kata jadian yang dibentuk dari frasa tidak adil yang kemudian mengalami pengimbuhan dengan konfiks ke-an.
Jenis Proses Morfologis
Ada tujuh jenis proses morfologis yaitu
- pengimbuhan,
- pengulangan,
- pemajemukan,
- modifikasi internal,
- modifikasi kosong,
- suplesi, dan
- pemendekan.
Pengimbuhan atau Afiksasi
Pengimbuhan atau afiksasi adalah proses melekatkan imbuhan pada bentuk dasar sehingga melahirkan kata jadian berupa kata berimbuhan. Misalnya:
- ter- + cantik → tercantik
- per-an + kampung → perkampungan
Pengulangan atau Reduplikasi
Pengulangan atau reduplikasi merupakan proses mengulang sebagian atau seluruh bentuk dasar menjadi kata ulang. Misalnya:
- bapak → bapak-bapak
- pohon → pepohonan
- berjalan → berjalan-jalan
Pemajemukan atau Komposisi
Pemajemukan atau komposisi adalah proses memadukan dua bentuk dasar atau lebih menjadi satu kata jadian bernama kata majemuk. Misalnya:
- rumah + sakit → rumah sakit
- kamar + tidur → kamar tidur
Modifikasi Internal
Modifikasi internal adalah pembentukan kata jadian dengan mengubah vokal bentuk dasar. Misalnya:
- drink + past → drank
- food + plural → feet
Modifikasi Kosong
Modifikasi kosong adalah pembentukan kata jadian tanpa mengubah bentuk dasar. Misalnya:
- cut + past → cut
- deer + plural → deer
Suplesi
Suplesi adalah pembentukan kata dengan mengubah total bentuk dasar. Misalnya:
- good + ly → well (bukan goodly)
- mouse + plural → mice (bukan mouses)
Pemendekan atau Abreviasi
Pemendekan atau abreviasi adalah proses membentuk kata jadian dengan menanggalkan sebagian dari bentuk dasar.
- Dewan Perwakilan Rakyat → DPR
- tidak → tak
- dan sebagainya → dsb.
Proses Morfologis dalam Bahasa Indonesia
Dari ketujuh proses morfologis di atas, hanya ada empat jenis proses yang dikenal dalam bahasa Indonesia yaitu pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan, dan pemendekan. Dari keempat proses tersebut, pengimbuhan menjadi proses yang dominan terjadi. Tidak salah jika bahasa Indonesia termasuk dalam kategori bahasa aglutinatif.
Namun, ada pula yang berpendapat bahwa ada gejala modifikasi kosong dalam pembentukan kata bahasa Indonesia. Proses tersebut sering disebut dengan transposisi. Misalnya, kata gunting yang merupakan nomina dapat berubah status menjadi verba tanpa mengalami perubahan bentuk.
Dimensi Proses Morfologis
Proses morfologis memiliki tiga dimensi atau matra, yaitu bentuk, fungsi, dan makna. Bentuk berkaitan dengan bunyi kebahasaan. Fungsi berhubungan dengan kelas kata. Makna berelasi dengan konsep.
Dimensi Bentuk
Bentuk berkaitan dengan apakah proses morfologis itu membuat terjadinya perubahan fonologis atau perubahan bunyi pada unsur-unsur pembentuknya. Misalnya, imbuhan di– yang dilekatkan pada bentuk dasar cium akan membentuk kata jadian dicium. Dalam kata jadian dicium tidak terjadi perubahan fonologis.
Hal ini akan lebih jelas jika kata dicium dibandingkan dengan imbuhan me(N)– yang dilekatkan pada bentuk dasar cium menjadi mencium. Salah satu unsur pembentuk yaitu me(N)– mengalami perubahan fonologis menjadi məɲ-. Proses perubahan semacam ini disebut proses morfofonemis.
Dimensi Fungsi
Dimensi fungsi dalam proses morfologis berkaitan dengan apakah kelas kata pada bentuk dasar berubah setelah mengalami proses morfologis. Misalnya, bentuk dasar tulis merupakan kata kerja. Setelah dilekati imbuhan me(N)-, bentuk dasar tulis berubah menjadi kata jadian menulis. Kata jadian menulis juga merupakan kata kerja. Oleh karena itu, proses morfologis di atas tidak mengubah kelas kata pada bentuk dasar. Fungsi yang demikian disebut fungsi inflektif.
Sementara itu, apabila bentuk dasar sepatu yang merupakan kata benda dilekati imbuhan ber-, akan dihasilkan kata jadian bersepatu yang merupakan kata kerja. Pada proses morfologis tersebut terjadi perubahan kelas kata pada bentuk dasar ke kata jadian. Fungsi yang demikian disebut fungsi derivatif.
Dimensi Makna
Dimensi terakhir adalah makna. Sebagian besar proses morfologis menghasilkan kata jadian yang memiliki makna gramatikal. Satu-satunya proses morfologis yang menghasilkan kata jadian yang memiliki makna leksikal adalah pemajemukan.
Misalnya, bentuk dasar anak yang mengalami proses pengulangan berubah menjadi kata jadian anak–anak yang bermakna ‘banyak anak’. Makna tersebut dikatakan bermakna gramatikal karena masih mempertahankan makna ‘anak’ baik pada bentuk dasar maupun pada kata jadian.
Sementara itu, bentuk dasar meja dan hijau yang mengalami proses pemajemukan menjadi meja hijau memiliki makna leksikal baru yaitu ‘pengadilan’. Kata jadian meja hijau yang berarti ‘pengadilan’ tidak dapat dikatakan memiliki makna gramatikal karena makna bentuk dasar meja dan hijau berubah total setelah menjadi meja hijau. Makna yang dihasilkan merupakan makna idiomatis.
Penulis: Sony Christian Sudarsono | Editor: Benedikta Haryanti | Gambar: Freepik | Sumber: Morfologi dalam Ilmu Bahasa & Berkenalan dengan Linguistik