Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang merupakan unsur pembentuk kata. Dilihat dari sudut pandang pembentukan kata ini, ada dua jenis morfem, yaitu morfem asal dan morfem pembentuk kata jadian.
Baca juga: Pengertian Morfem
Morfem asal adalah morfem yang menjadi asal pembentukan kata jadian. Sementara itu, morfem pembentuk kata jadian adalah morfem yang disenyawakan pada morfem asal untuk membentuk kata jadian.
Kata pakaian merupakan sebuah kata jadian yang dibentuk dari morfem {pakai} dan {-an}. Dari dua morfem tersebut, mana yang merupakan morfem asal? Ya, betul sekali! Morfem {pakai} merupakan morfem asal. Kata jadian pakaian berasal dari morfem {pakai} yang kemudian dilekati dengan morfem pembentuk kata jadian berupa akhiran {-an}.
Dengan demikian, dapat dianalogikan bahwa kata jadian itu layaknya air teh, sementara morfem asal itu seperti air putih, dan morfem pembentuk kata jadian itu bagaikan serbuk tehnya.
Morfem Asal: Bebas dan Terikat
Morfem asal adalah morfem yang menjadi asal pembentukan kata jadian. Ada dua jenis morfem asal, yaitu yang bebas dan yang terikat. Morfem-asal bebas merupakan morfem yang dapat langsung berubah status menjadi kata, sedangkan morfem-asal terikat tidak bisa.
Contoh morfem-asal bebas antara lain {tidur}, {duduk}, {kasur}, {sofa}, {keras}, dan {nyaman}. Morfem-morfem tersebut dapat langsung menjadi sebuah kata tanpa perlu bersenyawa dengan morfem lain. Perhatikan contoh-contoh kalimat berikut.
- Ali tidak mau tidur di kasur yang sudah keras.
- Ali pun lebih memilih duduk di sofa yang lebih nyaman.
Dari dua contoh kalimat di atas tampak bahwa ada kata tidur, duduk, kasur, sofa, keras, dan nyaman. Masing-masing kata tersebut dibentuk dari satu morfem. Morfem-morfem itu tidak perlu bersenyawa dengan morfem lain untuk dapat dipakai sebagai unsur langsung pembentuk kalimat.
Sementara itu, contoh morfem-asal terikat antara lain {juang}, {acu}, dan {temu}. Keempat contoh tersebut harus bersenyawa dengan morfem lain supaya dapat membentuk sebuah kata. Misalnya, berjuang, mengacu, pertemuan. Perhatikan contoh-contoh kalimat berikut.
- *Berto telah juang.
- Berto telah berjuang.
- *Skripsi ini acu penelitian sebelumnya.
- Skripsi ini mengacu penelitian sebelumnya.
- *Deni mengatur temu untuk membicarakan rencana investasi.
- Deni mengatur pertemuan untuk membicarakan rencana investasi.
Kalimat-kalimat bertanda bintang atau asterik di atas tidak gramatikal karena mengandung bagian yang seharusnya diisi konstituen berstatus kata, tetapi justru berupa morfem-asal terikat.
Morfem-asal terikat disebut juga pokok kata atau prakata. Bentuk pra– dalam hal ini berarti ‘sebelum’ sehingga prakata bukanlah kata, melainkan calon kata dan baru akan menjadi kata setelah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Morfem Pembentuk Kata Jadian
Morfem pembentuk kata jadian adalah morfem yang disenyawakan pada morfem asal untuk membentuk kata jadian. Ada yang menyebut morfem jenis ini sebagai morfem imbuhan karena memang paling banyak berupa imbuhan. Selain imbuhan morfem pembentuk kata jadian meliputi klitik, partikel penegas, morfem unik, dan proleksem.
Imbuhan atau Afiks
Imbuhan adalah bentuk terikat (seperti awalan/prefiks, sisipan/infiks, konfiks, dan akhiran/sufiks) yang apabila ditambahkan pada kata dasar atau bentuk dasar akan mengubah makna gramatikal.
Klitik
Klitik adalah bentuk yang terikat secara fonologis, tetapi berstatus kata karena dapat mengisi gatra pada tingkat frasa atau klausa, misalnya bentuk –nya dalam bukunya. Ada klitik yang letaknya di depan bentuk yang dilekatinya atau disebut juga proklitik. Proklitik misalnya ku– dan kau– dalam kumakan dan kauminum. Sebaliknya, klitik yang terletak di belakang bentuk yang dilekatinya disebut enklitik. Enklitik misalnya –ku, –mu, –nya, dan –nda dalam laptopku, kelasmu, ponselnya, dan ibunda.
Berbeda dengan imbuhan, klitik memiliki makna leksikal, sementara imbuhan memiliki makna gramatikal. Imbuhan baru dapat dipahami maknanya setelah bersenyawa dengan morfem asal.
Partikel Penegas
Partikel penegas adalah partikel yang digunakan untuk mengungkapkan penegasan. Misalnya –lah dan –kah. Partikel –lah dipakai untuk mengukuhkan dan memperhalus perintah. Contohnya,
- Ambillah barang itu!
Partikel –lah dalam ambillah berfungsi mengukuhkan perintah sekaligus juga dapat memperhalus perintah, alih-alih hanya “Ambil barang itu!”
Selain itu, partikel –lah juga dapat berfungsi untuk menekankan makna kata yang di depannya. Misalnya,
- Donilah yang mengambil barang itu.
Partikel –lah dalam Donilah menekankan siapa yang ditunjuk, yaitu Doni, bukan yang lain.
Sementara itu, partikel –kah digunakan untuk mengukuhkan dan memperhalus pertanyaan. Contohnya,
- Siapakah gurumu?
- Donikah yang mengambil barang itu?
Partikel -kah dalam siapakah dan Donikah pada kedua contoh di atas mengukuhkan dan sekaligus juga dapat memperhalus pertanyaan. Tanpa kehadiran partikel –kah, kalimat di atas tetap merupakan kalimat tanya selama diakhiri dengan nada naik ketika diucapkan atau diakhiri tanda tanya (?) ketika ditulis.
Morfem Unik
Morfem unik adalah morfem yang hanya mampu berkombinasi dengan satu satuan tertentu (misalnya morfem gulita, petas, dan siur pada kombinasi gelap gulita, beras petas, dan simpang siur).
Bentuk Gabungan (Combining Form) atau Proleksem
Proleksem adalah bentuk bahasa yang mempunyai makna leksikal seperti kata, tetapi tidak dapat berdiri sendiri apabila tidak bergabung dengan kata lain, dan tidak dapat mengalami pengimbuhan (misalnya awa-, catur-, dasa-, maha-). Sementara itu bentuk gabungan (combining form) adalah suatu bentuk kebahasaan yang muncul hanya dalam kombinasi dengan bentuk-bentuk lain.
Dalam pembentukan kata jadian, proleksem dipakai untuk menghasilkan kata majemuk. Misalnya awafungsi, caturwulan, mahabesar, prasejarah, dan inframerah, geosentris, cocoklogi, dan biografi.
Penulis: Sony Christian Sudarsono | Editor: Benedikta Haryanti | Gambar: Freepik