Belajar bahasa identik dengan belajar kosakata. Kata menjadi unsur yang penting saat mempelajari sebuah bahasa karena manusia berbahasa dengan kata-kata. Tak ada gunanya menguasai tata bahasa sebuah bahasa tetapi tidak menguasai kosakatanya. Sebenarnya pengertian kata itu apa?
Orang yang menekuni ilmu bahasa tertentu biasanya memilih memperdalam penguasaan perbendaharaan kata terlebih dahulu, baru kemudian tata bahasa menjadi unsur yang melengkapi keterampilan berbahasa.
Berdasarkan sejarahnya pun, kata menjadi fokus pertama penelitian para ahli yang mencoba mengkaji bahasa. Plato menjadi orang-orang pertama yang mencoba mengkaji bahasa dengan memperkenalkan istilah “onoma” dan “rhema” yang sekarang dikenal sebagai kata benda dan kata kerja. Selanjutnya masih ada tokoh-tokoh lain seperti Aristoteles, Dionysius Thrax, Varro, Donatus, Priscia, dll. yang juga mencoba mengkaji bahasa melalui kata.
Apakah Kata Itu Nama?
Ada yang menganggap, konsep tentang kata tak jauh berbeda dengan konsep nama. Kata dianggap sebagai label atas benda, tindakan, ataupun sifat. Misalnya, kata meja merupakan label untuk benda seperti yang tampak dalam gambar berikut.
Contoh lain, kata makan merupakan label untuk aktivitas seperti yang tergambar dalam animasi berikut.
Sementara itu, kata merah merupakan label untuk sifat berupa warna yang tampak dalam gambar berikut.
Namun, Ferdinand de Saussure kemudian mengenalkan konsep bentuk dan makna. Ogden dan Richards mengembangkan konsep Saussure tadi setelah mempelajari konsep triadik dari Charles Sanders Peirce dengan mengenalkan segitiga makna yang melibatkan bentuk, makna, dan referen seperti tampak dalam gambar berikut.
Ternyata, kata bukan sekadar label untuk referen. Kata merupakan kesatuan antara bentuk dan makna.
Misalnya begini. Perhatikan tiga gambar berikut.
Pada mulanya ada tiga referen yang secara bentuk, ukuran, warna, dan hal-hal visual lain tampak berbeda seperti tampak dalam gambar-gambar di atas (dan juga objek-objek serupa lain di luar sana). Namun, ketiganya memiliki aspek fungsional yang sama, yaitu sebagai tempat tinggal. Objek-objek tersebut kemudian diabstraksikan dalam pikiran manusia menjadi sebuah konsep. Sebutlah konsep itu adalah ‘bangunan untuk tempat tinggal manusia’. Konseptualisasi itu lalu dilabeli dengan sebuah bentuk berupa deret bunyi atau deret huruf yang membentuk sebuah kata yang disebut “rumah”.
Dengan demikian, kata merupakan sebuah kesatuan antara bentuk dan makna. Sebuah bentuk tanpa makna tidak bisa dipahami. Sebuah makna tanpa bentuk tidak bisa diungkapkan.
Pengertian Kata
Kata dapat didefinisikan sebagai bentuk bebas yang terkecil yang tidak dapat dibagi menjadi bentuk bebas yang lebih kecil lagi. Sementara itu menurut Kamus Linguistik, pengertian kata adalah satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem; satuan terkecil dari leksem yang telah mengalami proses morfologis; morfem atau kombinasi morfem yang oleh ahli bahasa dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas.
Dari sekian banyak konsep tentang kata, dalam buku Morfologi dalam Ilmu Bahasa, ada tiga sudut pandang untuk mendefinisikan kata. Pertama, kata dapat dilihat dari posisinya dalam satuan-satuan gramatikal. Kata merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari satu morfem atau lebih yang menjadi unsur langsung pembentuk frasa atau kalimat.
Jadi dari pengertian tersebut, kata memiliki ciri (i) berupa satuan gramatikal atau satuan kebahasaan yang bermakna, (ii) terdiri dari satu morfem atau lebih, (iii) dan menjadi unsur langsung pembentuk frasa atau kalimat. Misalnya, kata aku, akan, makan, roti dalam kalimat Aku akan makan roti masing-masing merupakan kata karena memenuhi ketiga ciri di atas.
Kedua, kata dapat dilihat dari sudut bahasa lisan. Kata merupakan deretan bunyi atau fonem yang mengandung arti yang diucapkan dalam satu kecapan. Jadi dari pengertian tersebut, kata memiliki ciri (i) berupa deretan bunyi, (ii) memiliki makna, (iii) dan diucapkan dalam satu kecapan.
Ketiga, kata dapat dilihat dari sudut pandang bahasa tulis. Kata adalah deretan huruf yang mengandung arti yang penulisannya dalam kalimat dibatasi dengan spasi. Jadi kata memiliki ciri (i) berupa deretan huruf, (ii) bermakna, dan, (iii) dibatasi spasi saat ditulis.
Bentuk Bebas: Kata vs Morfem
Kata merupakan satuan gramatikal yang terdiri atas satu morfem atau lebih yang dapat menjadi unsur langsung pembentuk frasa, klausa, dan kalimat. “Menjadi unsur langsung pembentuk frasa, klausa, dan kalimat” itulah yang disebut dengan “dapat berdiri sendiri” atau “bentuk bebas”.
Misalnya, bandingkan bentuk tidur dan juang. Bentuk tidur merupakan bentuk bebas sehingga dapat menjadi unsur langsung pembentuk frasa, klausa, dan kalimat seperti dalam contoh-contoh berikut.
- sedang tidur
- Budi sedang tidur.
Bentuk tidur dapat menjadi unsur langsung pembentuk frasa verbal sedang tidur. Selain itu, bentuk tidur juga dapat menjadi unsur langsung pembentuk kalimat Budi sedang tidur. Dengan demikian, bentuk tidur merupakan kata.
Sementara itu, bentuk juang bukanlah bentuk bebas sehingga tidak dapat menjadi unsur langsung pembentuk frasa, klausa, dan kalimat seperti contoh-contoh tidak gramatikal berikut.
- *sedang juang
- *Budi sedang juang.
Bentuk juang ternyata tidak dapat menjadi unsur langsung pembentuk frasa verbal *sedang juang. Demikian pula bentuk juang tidak dapat menjadi unsur langsung pembentuk kalimat *Budi sedang juang. Bentuk juang harus mengalami proses pembentukan kata, misalnya menjadi berjuang, supaya dapat menjadi unsur langsung pembentuk frasa, klausa, dan kalimat seperti contoh-contoh berikut.
- sedang berjuang
- Budi sedang berjuang.
Oleh karena itu, bentuk juang bukanlah kata karena tidak dapat berdiri sendiri. Bentuk juang perlu bersenyawa dengan bentuk lain terlebih dahulu (misalnya, dengan awalan ber-) untuk menjadi bentuk yang bebas (misalnya, berjuang). Oleh karena itu, juang berstatus sebagai morfem, bukan kata.
Bentuk Kata
Menurut bentuknya, kata dibedakan menjadi kata asal dan kata jadian. Kata asal adalah kata yang menjadi unsur pembentuk kata jadian. Dilihat dari jumlah morfemnya, kata asal merupakan kata yang terdiri dari satu morfem atau monomorfemik.
Kata jadian adalah kata yang merupakan hasil penggabungan dua morfem atau lebih atau kata polimorfemik. Misalnya, kata lari merupakan kata asal karena terdiri dari satu morfem dan dapat diturunkan menjadi kata berlari (ber- + lari), pelari (pe- + lari), melarikan (me(N)-/-kan + lari), dsb. yang merupakan kata polimorfemik.
Untuk membedakan apakah sebuah kata merupakan kata monomorfemik atau polimorfemik dapat digunakan deretan morfologis, yaitu deretan kata-kata yang berhubungan dalam bentuk dan kata. Misalnya, untuk membuktikan kata percaya merupakan kata monomorfemik, dapat digunakan deretan berikut: percaya, mempercayai, mempercayakan, tepercaya, dipercaya. Dari deretan morfologis tersebut dapat disimpulkan bahwa percaya merupakan kata monomorfemik.
Kategori atau Kelas Kata
Kata dapat digolongkan menjadi beberapa kategori kata berdasarkan ciri-cirinya. Ada tiga belas kategori kata dalam bahasa Indonesia yaitu:
- Kata kerja/verba
- Kata benda/nomina
- Kata keadaan/adjektiva
- Kata keterangan/adverbia
- Kata ganti/pronomina
- Kata tunjuk/demonstrativa
- Kata tanya/interogativa
- Kata bilangan/numeralia
- Kata sandang/artikula
- Kata depan/preposisi
- Kata hubung/konjungsi
- Kata seru/interjeksi
- Kata fatis
Baca juga: Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia
Kategori kata di atas dapat dikelompokkan berdasarkan jenis maknanya. Sebagai satuan kebahasaan yang memiliki makna, kata dibedakan menjadi kata yang bermakna leksikal dan bermakna gramatikal. Kata yang bermakna leksikal adalah kata yang menunjuk konsep tentang suatu hal. Misalnya, kata celana menunjuk konsep tentang ‘pakaian luar yang menutup pinggang sampai mata kaki, kadang-kadang juga hanya sampai lutut’.
Kata yang bermakna leksikal juga dapat mengisi fungsi-fungsi dalam kalimat seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Kata yang dapat mengisi fungsi-fungsi sintaksis dalam kalimat disebut juga “kata penuh” . Yang termasuk golongan kata ini meliputi kata kerja, kata benda, kata keadaan, dan kata keterangan, kata ganti, kata tanya, kata tunjuk, dan kata bilangan.
Kata yang bermakna gramatikal adalah kata yang memiliki makna yang timbul karena hubungan kata tersebut dengan satuan gramatikal yang lain. Makna kata tersebut ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat.
Misalnya kata di baru bermakna setelah digabungkan dengan kata kampus sehingga menyatakan arti ‘tempat berada’. Kata yang yang mengandung makna gramatikal disebut juga “kata tugas”. Yang termasuk kata tugas adalah kata sandang, kata depan, kata hubung, kata seru, dan kata fatis.
Penulis: Sony Christian Sudarsono | Editor: Benedikta Haryanti | Gambar: Freepik | Sumber: Morfologi dalam Ilmu Bahasa